25 September 2009

First Love Never Die ...


Josh : ‘Aku bingung …’


Jill : ‘Kenapa?’


‘Hatiku kacau balau … kenapa di saat aku mulai bisa melupakannya, dia muncul kembali? Di waktu dan tempat yang salah.’


Hening sejenak … Sayup-sayup terdengar alunan musik lembut dari dalam gedung. Angin di balkon semilir menerpa wajah kami. Lampu-lampu gemerlap terlihat dari kejauhan, indah sekali. Josh dan aku sedang berada di pesta pernikahan seorang teman, yang merupakan teman baik kami bedua. Kami didaulat untuk menjadi pengapit mempelai, aku berpasangan dengannya. Sudah lama tidak bertemu. Seseorang yang pernah kukagumi diam-diam. Kami berpisah karena aku mengikuti orang tua yang pindah ke Jakarta.



‘Di saat aku sudah mulai bisa melupakannya, berusaha menemukan penggantinya.’

Pandangan mata itu tampak sedih, jelas sekali kegalauan hatinya.

‘Sejak kehadirannya kembali, semua jadi serba salah, tidur salah, makan salah, kerja salah.’


Seandainya … seandainya … siapa sih perempuan yang sangat beruntung, mendapat cintamu yang begitu dalam? Andai kau belum ada yang punya … duhhh. Aku minum sedikit wine dari gelas yang kupegang. Sambil memainkan hiasan bunga di pergelangan tanganku. Gaun panjang warna putih tulang yang kupakai memang sedikit tak nyaman. Tapi aku menyukainya, potongan lehernya yang berbentuk sabrina, hiasan bunga-bunga kecil berwarna lembut di bagian dada dan pinggang. Rambutku disanggul ke atas, dengan hiasan bunga-bunga kecil senada, dengan sedikit anak rambut yang dibiarkan terjatuh, mempercantik leherku yang jenjang. Anggun sekali. Yang nggak tahan sepatu hak tinggi ini, kakiku lelah sekali dibuatnya.


Kupandangi wajahnya yang galau. Dia sangat tampan dalam potongan jas putih itu. Tubuhnya tinggi dengan dada yang bidang, perawakan sedang. Rambut hitam yang sedikit ikal tersisir rapi. Hmmm … bau parfumnya macho banget, campuran rempah-rempah yang segar. Membuatku ingin dekat-dekat dengannya. Aku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. ‘Kamu kedinginan, Jill? Nih pake jasku aja,’ katanya sambil melepaskan jas tersebut. Wuahhhh kebeneran … ngarep … hehehe.


‘Kamu tidak memberitahukannya isi hatimu? Tidak ada kata terlambat.’


‘Saat ini sudah tidak bisa dan tidak boleh, aku tidak mau membuatnya bimbang. Aku tidak mau menjadi orang yang egois. Terlalu besar cintaku, untuk melakukannya. Bukankah cinta tidak harus memiliki?’


‘Bodoh kamu, Josh. Gimana dia bisa mempertimbangkanmu kalau kamu tidak pernah ngomong ke dia?’


'Aku kaget waktu dia memberitahuku kalau akan menikah dan memintaku untuk menjadi salah satu pendamping pengantin. Aku tidak sanggup menolak, karena ini kesempatan terakhirku untuk melihatnya ... sebelum dia menjadi milik orang lain.’


Aku berusaha menutupi kekagetanku, ternyata perempuan beruntung itu Sally, pengantin wanita di pernikahan ini. Pantas dia selalu gelisah setiap berdekatan dengannya. Kupikir awalnya hanya grogi karena tidak terbiasa menjadi pengapit. Makanya setelah selesai bertugas, saat dia mengajakku ke luar mencari udara segar, aku mengikuti.


Dia bercerita, bahwa Sally merupakan cinta pertamanya. Di saat usia masih belia, mereka sempat jalan bersama secara diam-diam selama beberapa bulan. Tapi akhirnya Sally memilih berpisah karena hubungan mereka tetap tidak disetujui orang tua. Selulus SMU, mereka terpisah, kuliah di kota yang berbeda. Menjalani hidup masing-masing.


‘Aku tidak bisa melupakannya, meski sudah beberapa kali berganti pasangan. Selalu ada satu tempat di ruang hati ini, yang tidak tergantikan oleh yang lain. Sampai kapan pun.’


But life must go on, Josh, kalau kamu sudah memilih untuk melepaskan dan membiarkannya menjadi milik orang lain, kamu harus konsekuen. Semua pilihan ada konsekuensinya. ‘


***


Once in a while

You are in my mind

I think about the days that we had

And I dream that these would all come back to me

If only you knew every moment in time

Nothing goes on in my heart

Just like your memories
How I want here to be with you

Once more


You will always gonna be the one

And you should know

How I wish I could have never let you go

Come into my life again

Oh, don't say no

You will always gonna be the one in my life

So true, I believe I can never find

Somebody like you

My first love


***


Lagu ‘First Love’ Utada Hikaru terdengar dari kejauhan, kusentuh tangannya lembut. ‘Masuk yuk, dingin lama-lama di sini.’ Masih ada aku di sini, perempuan lain yang diam-diam mengagumimu. Akan kuhapus luka hatimu. Meski aku tahu, namanya akan selalu ada di sana, tapi … tunggu saat itu tiba, akan kuisi ruangan lain yang tersisa dengan namaku … I promise


***


Once in awhile

You are in my dreams

I can feel the warmth of your embrace

And I pray that it will all come back to me

If only you knew every moment in time

Nothing goes on in my heart

Just like your memories

And how I want here to be with you

Once more

yah yah yah


You will always be inside my heart

And you should know

How I wish I could have never let you go

Come into my life again

Please don't say no

Now and forever you are still the one

In my heart

So true, I believe I could never find

Somebody like you

My first love

oh oh


You will always gonna be the one

And you should know

How I wish I could have never let you go

Come into my life again

Oh, don't say no

You will always gonna be the one

So true, I believe I could never find

Now and forever


***


Batam, 25 September 2009, 15.19

... diilhami teman-temanku yang sulit melupakan first lovenya ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar