09 September 2009

Menjelang Kematian


http://rainbowcathedral.files.wordpress.com/2007/01/rainbow-candle-light.jpg


Jam menunjukkan pukul 05.30 pagi, saat telepon di kamarku berdering kencang. Cepat kuangkat, takut membangunkan suami dan anakku. "Dok, cepat ke ICCU, pasiennya henti jantung tiba-tiba!" Duh ... semalam saat kutinggal, masalahnya sudah teratasi kok? "RJP (Resusitasi Jantung Paru = kegiatan memberi nafas buatan dan membantu memompa jantung) dulu deh, aku segera ke sana."

Pasien itu masuk RS dengan kondisi paru-paru terendam cairan, karena jantungnya gagal memompa darah ke seluruh tubuh ... 'capek kali ye' hehe ... Si Bapak sudah dirawat dan stabil di ruang intensif selama dua hari, lalu dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi sore harinya, tiba-tiba henti jantung, nafas satu-satu setelah batuk, dan dikembalikan kembali ke ruang intensif. Tekanan darahnya sudah bermasalah dari sejak aku operan jaga dengan dokter jaga bangsal sebelumnya. Cenderung di bawah normal terus, bahkan sempat tak terukur. Beberapa macam obat sudah dimasukkan. Keadaan stabil sampai tadi pagi saat sedang dimandikan, tiba-tiba rekaman irama jantungnya 'flat' kembali.

Setengah berlari aku menuju ruang intensif. Di sana kulihat perawat-perawatku sedang memompa nafas dan jantung pasien. Kupasang sarung tangan dan segera ikut serta di dalamnya. Kuberikan beberapa instruksi untuk memasukkan obat ... wah respon tetap nggak ada. "Ayo toh, Pak, jangan 'pergi' dulu," kataku dalam hati sambil terus berdoa. Kuminta salah seorang perawat untuk memanggil keluarganya.

Sambil tetap melanjutkan RJP, aku menerangkan keadaan pasien ke keluarganya. Tangis histeris segera memecah suasana. Kami berusaha menenangkan mereka, meminta mereka keluar ruangan, menunggu kami melanjutkan resusitasi sambil berdoa. Kami terus melanjutkan usaha menghidupkan kembali Si Bapak selama setengah jam, tapi respon tetap tidak ada. Akhirnya kunyatakan meninggal jam 06.05 di hadapan perawat dan keluarganya. Duuuhhh ... nambah lagi deh bintangku pagi ini.

Isterinya dengan setengah menangis bercerita, bahwa Sang Suami sudah bilang kemarin kalau akan pergi subuh ini. Kenapa ya kebanyakan orang kalau mau meninggal, selalu memberi 'tanda'? Biasanya keadaan pasien yang tadinya sudah sangat 'buruk', justru akan membaik menjelang kematian. Ada yang mengigau, meminta-minta maaf, memanggil-manggil nama sanak keluarganya satu persatu. Kadang ada yang ketakutan, berhalusinasi melihat banyak bayangan orang di sekitarnya, terbang-terbang. Saking takutnya, sampai sesekali berteriak dalam keadaan antara sadar dan tidak. Entahlah, mungkin dia sedang melihat malaikat pencabut nyawa ya? Siapa tahu?

Kematian sebenarnya bukan hal yang perlu ditakutkan, selama kita menjalani hidup ini dengan baik dan selalu berusaha berbuat kebaikan, buat bekal saat menemui Sang Pencipta kelak. Kenapa harus takut, kalau suatu saat semua orang pasti mengalaminya, tidak terhindarkan. Umur orang nggak ada yang tahu ... Semua hanya proses, lahir, tua, sakit, dan mati, tidak ada sesuatu yang kekal. Tidak ada yang muda selamanya, indah selamanya. Pasti sakit buat yang ditinggalkan, tapi 'life must go on', mau nangis darah pun, tidak akan membuat yang meninggal kembali kan? Ke mana kita setelah mati? Ehhmmm tetap misterius ... mungkin seperti api lilin yang hilang tertiup angin ... siapa tahu ...

Batam, 6 September 2009, 16.17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar