09 September 2009

Suatu Pagi Bersama Psikopat



Aku sedang bersiap-siap untuk memulai tugas pagiku, waktu telepon kamar berdering. "Dok, ada on call ke Hotel 'N' ", suara perawat lawan bicaraku. Asyiiikkk, nggak usah ikutan morning report pagi ini hehe... jalan-jalan dulu. Bergegas aku turun ke UGD. Oh ya, aku belum cerita, aku masih tinggal di RSku tercinta. Kita ada mess dokter di lantai paling atas. Jadi tinggal naik turun lift aja kalau mau kerja.

Di UGD, perawat yang akan menemaniku on call sudah menyiapkan tas resusitasi yang berisi obat dan segala perlengkapan untuk pertolongan darurat pasien. Kutanya pasiennya apa sih ? Semua menjawab hampir senada, "Nggak tau tuh, Dok, yang nelpon orang resepsionis hotel, dia cuma bilang kaki si pasien bengkak, nggak ada keterangan lain." Pikiranku mulai bergerak cepat, memikirkan kemungkinan-kemungkinan kelainan yang diderita pasien.

Diantar ambulans RS, kami tiba tak berapa lama kemudian di hotel. Setelah berbasa-basi sejenak dengan petugas hotel, kami segera diantar menemui tamu hotel yang sakit tersebut.

Yang membukakan pintu, gadis cantik, pakai celana pendek, tapi raut mukanya kusut, ga tau abis ngapain hehe... Si Mr.X (sebut aja begitu) sedang asyik menghadapi nasi goreng istimewa pakai telor mata sapi, sarapan paginya. Dia menatap kami sekilas dan dengan angkuh dan ketus berkata, " Sebentar, saya lagi makan, dokter tunggu aja."

Waduuuhhhh, sopan amat nih pasien batinku. Aku mengeluarkan lembar identitas pasien. Kutatap gadis cantik teman sekamar Mr.X tadi, " Sambil nunggu Bapak menyelesaikan sarapannya, ini tolong diisi ya, Mbak." Si Mbak bengong-bengong melihat balik ke Mr.X. Si angkuh ini dengan nada tinggi bilang,"Saya nggak mau ngisi-ngisi beginian, kan saya nggak mau diopname, cuma mau berobat. Ntar langsung kasih aja kwitansinya, saya langsung bayar." Aku masih dengan nada cukup sabar, penuh pengertian (cieeee ...), sekaligus tegas menjelaskan bahwa ini memang sudah prosedur RS kami. Semua pasien yang kami tangani, selalu ada file kesehatannya mulai awal dia berobat di rekam medis. Jadi dia tetap harus mengisinya, suka atau tidak.

Mr. X makin bete, dia memarahi petugas hotel yang mengantar kami, sembur sana sini (tau tuh nasi gorengnya pasti dah nyembur ke mana-mana), protes keras. "Sudah keluar aja !!! Saya nggak jadi berobat!!!"

Dueeennnggg ... tanpa ba bi bu lagi, aku segera angkat kaki dari situ tanpa berpamitan. Huaaaahhhhhhh ... baru pertama kali ini aku diusir sama pasien psikopat (biasanya aku yang 'ngusir' haha ...), benar-benar pengalaman yang tak terlupakan!

Si Mas petugas hotel sampai minta-minta maaf pada kami, atas ketaksopanan tamu hotelnya. Kubilang (sekali lagi dengan wajah penuh pengertian hahaha ...), "Nggak papa kok, Mas, mungkin aja si Bapak memang ada gangguan kepribadian, tuh kan salah satu penyakit jiwa juga. Harusnya dia berobat ke psikiater." Dia manggut-manggut, terus cerita, ternyata sebelumnya mereka sudah memanggil dokter lain juga ke sana. Tapi begitu tahu yang manggil si Mr.X, dokternya langsung bilang nggak sanggup, minta dokter yang lain aja datang. Mr. X ternyata memang sudah terkenal preman dan sikapnya sama orang-orang di sekitarnya selalu meledak-ledak seperti petasan. Oalaahhh si Mbak cantik tadi kok mau-maunya ya ngedampingin psikopat error gitu.

Tapi aku masih bersyukur, masih dilindungi Tuhan. Coba kalau jadi kuperiksa, dan dengan tanya jawab buat menggali kelainan pasien yang pasti minim banget karena sikapnya itu, aku kasih obat. Terus dia kenapa-kenapa ? Wah heboh ntar, dunia persilatan, namaku bisa masuk koran di rubrik kriminal hahaha... Soalnya bengkak kedua kaki kan salah satu kemungkinan penyebabnya karena gagal jantung, yang notabene bisa 'dut' sewaktu-waktu. Cocok pula dengan postur tubuh yang gemuk dan emosinya yang labil itu.

Memang benar-benar pagi yang heboh hahaha ...

Batam, 27 Agustus 2009, 16:11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar