03 Oktober 2009

Batikku ... Cintaku


Aku berasal dari kota apel, Malang, Jawa Timur. Kecintaanku dengan batik pertama kali dimulai saat pelajaran ketrampilan di SMUK St. Albertus (Dempo). Kami diajarkan oleh Pak Didik, guru ketrampilan kami, proses pembuatan batik mulai dari yang paling sederhana sampai yang rumit. Ini salah satu pelajaran kesukaanku saat itu.

Untuk membuat batik, bahan yang diperlukan adalah : media gambar (bisa berupa kanvas, kain, atau kaos), lilin khusus / benang untuk menggambar dan membentuk pola, tentu saja lengkap dengan alatnya, kompor kecil, wajan, panci, dan pewarna kain. Bahan-bahan tersebut dapat dibeli di toko yang khusus menjual alat-alat membatik.

Caranya menggambar pola antara lain dengan :
1. Kuas : Kita bisa membuat berbagai lukisan unik dengannya
2. Cap : Lilin cairnya dicap ke kain, dicetak menurut motif yang diinginkan
3. Jumputan : Ini tidak menggunakan lilin cair untuk menggambar di kain. Gambar di kain dijelujur dengan benang, ditarik, lalu diikat, baru nanti diwarnai.
4. Canting : Motif digambar dengan menggunakan canting. Bentuknya seperti mangkok kecil dengan ujung tempat keluar lilin cair dengan berbagai ukuran. Gagangnya terbuat dari kayu. Kita dapat menggambar garis tipis atau tebal sesuai ukurannya. Derajat panasnya lilin juga berpengaruh ke tebal tipisnya garis pola yang terbentuk, ini dapat diatasi dengan sedikit meniup ujung canting atau memanaskan lilinnya kembali.

Setelah penggambaran selesai, lalu kain diwarnai. Pewarnanya ada yang dari bahan alami maupun buatan (sintetis). Pewarna alami biasanya dari daun-daunan, kunyit, dll. Kadang untuk membuat warna tertentu kita bisa mencampur beberapa macam warna. Hasilnya belum tentu sesuai rencana semula, tapi justru itu keunikannya. Selesai proses pewarnaan, baru kain direbus untuk menghilangkan sisa lilin, dan dijadikan berbagai macam produk. Karya kami dipamerkan di acara pameran seni sekolah. Suatu kebanggaan tersendiri.

Melihat proses pembuatannya yang sungguh tidak mudah, membutuhkan kesabaran dan ketelatenan luar biasa, yang kadang proses sampai berbulan-bulan. Belum lagi risiko kena tetesan lilin atau wajan panas, kena soda api (salah satu bahan campuran untuk mewarnai kain) ... rawan kecelakaan kerja deh hahaha ... Makanya kita harus menghargai usaha dan kerja keras para pembatik dalam menghasilkan sebuah karya yang indah. Sering kulihat di Indonesia, kita kurang menghargai hasil ketrampilan seseorang. Pokoknya maunya dapat yang murah, tidak peduli proses di balik terciptanya suatu produk.

Kalau soal busana batiknya sendiri, dari dulu aku memang suka karena biasanya kainnya adem, nyaman dipakai. Motifnya juga unik banget, sesuai dengan selera etnikku. Tiap daerah punya kekhasan sendiri, sangat dipengaruhi budaya daerah setempat, yang kadang juga terdiri atas campuran berbagai kultur.

Batik merupakan busana pilihan di berbagai pertemuan dan seminar. Apalagi sekarang bentuk busananya juga keren-keren dan modern. Jadi anak muda pun oke juga menggunakannya. Lagi pula dapat dipakai saat santai dan setengah resmi, tinggal pintar-pintarnya kita memadupadankan dengan bawahannya.

Aku bangga dengan batik Indonesia. Kalau bukan kita yang menghargai dan berusaha melestarikan warisan leluhur ini, siapa lagi ? Masak orang luar negeri berbondong-bondong ke negara kita untuk mempelajarinya, malah kita sia-siakan yang sudah di depan mata. Yuk, mulai sekarang lebih rajin memakainya, sebelum budaya kita 'diambil' oleh negara tetangga yang nakal.

Tips buat pemeliharaannya :
1. Sebaiknya bahan batik dicuci dengan bahan pencuci khusus yang bisa didapat di pasaran, shampoo rambut juga bisa dipakai, asal jangan menggunakan detergen. Bahan terakhir akan membuat warna batik lebih cepat pudar
2. Mencucinya sebaiknya dengan tangan, jangan pakai mesin cuci
3. Pengeringan dengan diangin-anginkan, jangan kena sinar matahari langsung
4. Harus dilapisi kain saat disetrika

Selamat hari Batik !

Batam, 3 Oktober 2009,14.20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar