09 September 2009

Awal Kerja di Rumah Sakit



Waktu pertama bekerja di RS, wah ... minggu-minggu awal aku seperti cacing kepanasan. Mendengar bunyi ambulans deg-degan, melihat pintu UGD terbuka deg-degan,melihat pasien 'megap-megap' seperti ikan tanpa air deg-degan. Pokoknya kalau itu berlangsung terlalu sering, pasti lama-lama aku yang jadi pasien, bukan dokternya hahaha.

Sebelum pindah dan bekerja di Batam, aku tidak pernah bekerja di RS. Di Semarang, sambil menunggu suami menyelesaikan program spesialisasi rehabilitasi medik di Undip, aku menyelesaikan wajib kerja pasca lulus dokter umum di balai pengobatan sosial milik sebuah Gereja. Kasus yang kami tangani, tentu saja nggak ada yang gawat-gawat amat. Paling batuk, pilek, diare, muntah, demam. Yah kasus-kasus klinik biasa. Kalau ada yang gawat sedikit, kita motivasi untuk langsung dibawa ke RS terdekat, mengingat fasilitas kami juga seadanya. Tempat kerjaku yang satu lagi di Yayasan Pembinaan Anak Cacat. Di sana tugasku melakukan pemeriksaan awal pasien dengan kelainan tumbuh kembang, menentukan terapi rehabilitasi medik yang mereka butuhkan, mulai dari terapi fisik, wicara, konsentrasi, psikologi, dll. Kalau perlu juga dikonsulkan ke spesialis tertentu sesuai kebutuhan si pasien.

Beda banget deh dengan yang kutemui di Batam. Alhasil, ke mana-mana, aku membawa buku tebal Kapita Selekta Kedokteran. Sebenarnya bukannya sama sekali nggak ngerti apa-apa lho. Untuk mendapat gelar dokter, kami sudah tentu harus menjalani berbagai ujian dan praktek yang tidak singkat. Tapi mungkin karena terlalu lama berkecimpung di dunia kedokteran yang 'tidak gawat darurat', ditambah dengan otakku yang sudah mulai 'lemot' karena kelamaan nggak di'update', jadinya ingatan ini harus disegarkan kembali, sekaligus buat menenangkan hati yang dag dig dug hehe... Gimana nggak, kalau sekarang ada pasien gawat, aku kan nggak mungkin memotivasinya untuk ke RS lain, berhubung RS-ku RS rujukan.

Setelah sekian minggu berjalan, baru aku terbiasa dengan ritme kerja dan kasus-kasus di sini. Sekarang kalau ada pasien gawat, aku bisa dengan (baca 'sok') tenang menghadapinya. Walau dalam hati tetap 'ketar-ketir', sambil berpikir keras apa masalah pasien dan apa yang mau dilakukan, 'body language' dan cara bicara tetap bisa terkontrol dengan baik. Menghadapi pasien dan keluarga yang sedang panik, kita harus tenang, yakin, dan tegas.

Untungnya di RS baruku, banyak sarana-sarana untuk membuat kita jadi terus terpacu untuk belajar. Mulai ajang 'morning report' setiap pagi, kecuali hari libur, pelatihan-pelatihan baik di dalam dan luar RS, 'dipaksa' ngomong di radio dan koran dalam rubrik kesehatan, internet RS yang bisa digunakan kapan saja (kalau nggak lagi 'ngadat') untuk mencari data ... dan meng'update' status fesbuk tentunya hahaha ... yang penting kerjaan tetap tidak terbengkalai dan selesai tepat waktu kan?

Itu semua merupakan proses, tergantung bagaimana kita untuk mengambil kesempatan dan memanfaatkannya demi profesionalitas kerja kita. Karena semakin profesional kita, kepercayaan tentu akan datang mengikuti, karir dan penghasilan pun akan semakin baik. Penghasilan dan kedudukan semakin tinggi, semakin banyak pula hal-hal baik dan bermanfaat yang dapat kita lakukan untuk makhluk hidup di sekitar kita.

Batam, 4 September 2009, 12.18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar