15 September 2009

Jangan Sakiti Ani


http://rlv.zcache.com/broken_hearted_bunny_pink_postcard_art-p239711781127686838qibm_400.jpg


* Di RS *

Tubuh mungil itu terbaring di salah satu ranjang observasi di UGD sambil memeluk Si Pinky, boneka kelinci kesayangannya. Tatapannya kosong, mulutnya terkatup rapat, dengan ekspresi yang datar. Gadis cilik ini baru berusia enam tahun. Hari ini banyak peristiwa sudah dialaminya. Peristiwa yang akan selalu membekas di benak dan hati yang tanpa dosa itu sampai akhir hayatnya. Seorang lelaki dewasa tak bertanggung jawab, sudah menodai kemurniannya. Tubuh itu koyak, diperlakukan semena-mena. Dia datang ke UGD dengan digendong Bapaknya. Ekspresi tegang, penuh kekhawatiran menghiasi wajah-wajah pengantarnya.


* Di Rumah Ani *

Hari itu ada Om yang 'baik hati' menawari es krim, dan mengajak Ani berjalan-jalan. Saat itu dia sedang bermain di halaman dengan Eki, teman sebaya yang juga tetangga rumah. Dua gadis cilik ini memang sudah mulai libur sekolah. Ayah sedang bekerja dan Ibu sedang berbelanja ke pasar. Di jam-jam seperti itu memang perumahan tersebut dalam keadaan sepi. Eki sudah melarangnya ikut Om yang tidak dikenal tersebut, tapi Ani tidak peduli. "Om bilang, aku akan diajak menyusul Ibu ke pasar".

Sepulang Ibu Ani dari pasar, dia hanya melihat Eki bermain sendirian di depan rumah. Eki langsung melaporkan kalau Ani tadi diajak Om-Om, katanya mau menyusul Ibu ke pasar. Wah jerit histeris langsung keluar dari mulut Ibu, dengan panik dia berusaha mencari ke setiap sudut perumahan tersebut. Tidak ada yang tahu ke mana perginya Ani. Pencarian dilanjutkan dengan bantuan warga sampai ke pelabuhan, takut Ani sudah dibawa menyeberang ke pulau lain. Tetap gadis cilik ini tidak terlihat batang hidungnya.

Hari sudah menjelang sore, ketika salah seorang tetangga secara tak sengaja melihat Ani berjalan sendirian, sambil tertatih-tatih, menuju ke arah jalan pulang. Tidak ada yang tahu dia dari mana. Ibu dengan berurai air mata dan perasaan lega luar biasa segera menghambur dan memeluknya. "Dari mana aja kamu, Nak, kami semua bingung mencarimu ke mana-mana". Ani menangis sekencang-kencangnya begitu melihat orang-orang yang dikenalnya. Antara bingung, lega, dan haru dia memeluk erat kedua orang tuanya. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya ketika semua berebut menanyakan apa yang telah terjadi padanya.

Kepanikan kembali terjadi saat tiba-tiba Ibu merasa ada sesuatu yang basah dan hangat mengalir di pangkuannya. Astaga !!! Ternyata sesuatu tadi adalah darah yang membasahi rok Ani yang berwarna hitam. Tidak ada yang menyadari, karena tersamarkan warna bajunya. Kejadian tersebut segera dilaporkan ke kepolisian, dan Ani segera dibawa ke RS untuk dilakukan visum.

* Kembali ke RS *

Setelah memeriksa, mengajukan beberapa pertanyaan, dan mengambil beberapa foto kelainan yang didapat, dr. Susi menemui orang tua Ani. Dengan tenang, dan perlahan, dia menerangkan kepada mereka, apa yang akan dilakukan setelah ini untuk menangani gadis cilik tersebut. Luka yang cukup lebar di kemaluannya, telah membuat perdarahan masih terus berlanjut. Jalan terbaik akan dilakukan penjahitan dan eksplorasi luka di ruang operasi. Juga akan dilakukan pengambilan apusan cairan vagina untuk memastikan adanya tanda-tanda telah terjadinya perkosaan, dan bila diperlukan sampelnya bisa dikirim ke laboratorium dan dicocokkan dengan DNA pelaku kalau tertangkap nanti. Setelah luka Ani sembuh, dia akan dikonsulkan ke seorang Psikolog untuk menyembuhkan trauma psikisnya.

............................................................................................................

Kejadian seperti di atas sebenarnya sudah berulang kali terjadi di sekitar kita. Kita bisa mendengar dan membacanya di berbagai media. Tidak salah kalau hal ini membuat kita sebagai orang tua menjadi semakin paranoid saja dari hari ke hari. Anak-anak harus selalu diingatkan 'Don't talk to a stranger and trust no body!!!' Semakin banyak orang-orang dengan kelainan jiwa seperti ini berkeliaran di lingkungan kita. Apa ini dikarenakan hukuman yang dijatuhkan bagi pemerkosa kurang berat ya? Kalau hukumannya langsung dikebiri mungkin akan membuat pelaku lebih berpikir panjang sebelum melakukannya.

Anak adalah karunia Tuhan. Jangan sampai malaikat kecil tidak berdosa itu disakiti oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sudah sepatutnya kita menjaganya dari ancaman-ancaman buruk dari orang-orang tersebut. Kalau bukan kita, siapa lagi ???

Batam, 16 September 2009, jam 11.58
... cerita di atas diilhami dari sebuah kasus yang kutemui di RS, nama tokoh dan ceritanya fiksi belaka ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar