26 Oktober 2009

Meditasi Salah Satu Pilihan Terapi Kelainan Psikosomatis


http://gozaru.0fees.net/source/panda%20lagi%20meditasi.jpg

Aku pernah mendapat seorang pasien, sebut saja namanya, Ny. X, usia 32 tahun. Dia berulang kali mengunjungi RS-ku . Hari ini dia sakit kepala, hari lain sakit perut dan ulu hati sampai muntah-muntah, di hari lain lagi punggungnya sakit. Itu kubaca dari riwayat penyakitnya dari awal dia berobat sampai sekarang. Begitu banyak keluhan yang diutarakannya. Sudah banyak pula macam dokter yang dia datangi, tapi seolah penyakit selalu datang silih berganti. Hasil pemeriksaan fisik yang kudapat tidak seheboh keluhan-keluhan yang dirasakan oleh Ny. X sendiri. Sebenarnya apa sih yang terjadi dengan Ny. X?

Setelah kugali informasi lebih jauh, ternyata Ny.X dulunya merupakan wanita karier yang lumayan sukses. Tapi sejak menikah dan mempunyai momongan, dia memutuskan berhenti kerja, tinggal di rumah, murni mengurus buah hati dan pekerjaan rumah tangga saja. Dia sering merasa rindu dengan suasana kerjanya di kantor. Hal ini tidak pernah dikatakan ke suaminya, karena memang itu sudah keputusan dia sendiri. Dia merasa sangat tidak nyaman karena harus bergantung sepenuhnya secara materi kepada Sang Suami. Semua harus seizin pasangan. Ini sedikit banyak membuatnya frustasi.

Ini merupakan salah satu contoh kasus kelainan psikosomatis, yaitu beberapa penyakit fisik yang disebabkan karena komponen mental dari stres sehari-hari. Kelainan yang timbul bisa mulai dari nyeri punggung, tekanan darah tinggi, nyeri lambung yang menahun, diare terus menerus, dll.

Yang harus diperbaiki, selain kelainan fisik sebagai akibat, terutama adalah sumber masalahnya, stres. Cara menghadapi stres masing-masing orang berbeda. Itu semua tergantung dari kepribadiannya, latar belakang agama, budaya. Manajemen stres yang cocok buat suatu kasus belum tentu cocok untuk kasus lain.


Salah satu yang bisa dicoba dan bersifat universal adalah meditasi. Meditasi yang paling mudah dan tidak memerlukan konsentrasi pada hal-hal khusus, adalah meditasi cinta kasih. Pelaku diarahkan untuk membangkitkan perasaan cinta kasih dan belas kasihan tanpa terfokus pada objek tertentu. Bisa juga dengan memperhatikan objek tertentu, seperti keluar masuknya nafas alami kita, gerak langkah kita saat berjalan, dll. Salah kaprah kalau ada yang bilang meditasi sama dengan melamun, justru kita berlatih untuk memusatkan perhatian.

Selain efeknya yang menyenangkan, membuat kita menjadi orang yang dapat menghadapi suatu perubahan yang membawa penderitaan dengan lebih fokus dan tenang. Belajar melepaskan ikatan-ikatan buruk, rasa marah, rasa benci, rasa gelisah dari ingatan-ingatan masa lalu, waktu kecil, dewasa, saat sekarang dan menggantikan dengan ketenangan, sadar, dan bijaksana sehingga menjadi lebih bahagia.

Seperti pada kasus Ny. X di atas, sebaiknya dia belajar menerima peran dan pilihan dia saat ini. Setelah berlatih meditasi, jadi lebih tenang dan bijak melihat sisi baiknya, daripada terus menerus merasa tertekan dan frustasi. Toh itu tidak akan membuatnya lepas dari masalah. Dengan pikiran yang lebih jernih, dia dapat menceritakan kegelisahannya ke suami agar didapat solusi yang lebih pas. Misalkan mencari pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah, kembali punya penghasilan sendiri, tapi bisa sambil mengurus anak.

Dari berbagai penelitian, meditasi juga dapat menghasilkan perubahan-perubahan menetap di otak. Aktivitas otak di daerah yang berhubungan dengan pengetahuan dan kebahagiaan jauh lebih besar dibanding mereka yang tidak praktek meditasi. Dengan rekaman Electro Encephalo Grams (alat yang dipasang di kepala untuk mengukur aktivitas otak, yang tergambar dari berbagai macam bentuk gelombang), ternyata gelombang gamma yang melibatkan proses-proses mental termasuk perhatian, ingatan, pengetahuan, serta kesadaran , meningkat secara dramatis saat kita bermeditasi.

Yuk, kita mulai bersama, cukup luangkan lima belas menit saja (dari dua puluh empat jam sehari waktu kita), sebelum memulai kegiatan apa pun setelah bangun tidur. Kalau dapat lebih lama dan rutin, tentu jauh lebih baik. Masalah dalam kehidupan akan selalu ada, perubahan pasti akan terjadi terus menerus. Baik yang membawa kebahagiaan atau penderitaan. Secara mental kita harus selalu siap menghadapinya. Dari pada kena kelainan psikosomatis, harus minum macam-macam obat penenang, kan tidak ada salahnya kita coba berlatih meditasi yang notabene gratis dan dapat dilakukan sendiri, kapan pun mau. Tinggal memupuk semangat dan niat saja. Semoga bermanfaat !

Batam, 27 Oktober 2009, pukul 11.17
*diambil dari berbagai sumber*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar