31 Mei 2010

Pakne, Sikilku Dicokot Ulo !!! (Pak, Kakiku Digigit Ular !!!)











"Makkk, mana yang sakit?" tanya terbentuk dalam mata bulat polos itu. Dengan lugu kauambil segelas air buatnya. Perempuan itu hanya tersenyum tanpa jawab di bibir. Lidah itu mulai kelu, rahangnya kaku tak bisa dibuka. Tangan-tangan mungil bocah laki-laki itu masih terus memijit. Sesekali dia berlarian ke sana ke mari sambil bermain dorong-dorongan kursi, dan melempar senyum. Hatiku pedih melihatnya. "Kau tak tahu, Nak. Ibumu sedang berjuang menyabung nyawa, berusaha melawan bisa ular yang sudah mulai tersebar dalam tubuhnya."

Ibu si bocah baru saja dibawa ke RS setelah dipatuk ular di belakang rumah. Dia baru pulang dari Mesjid untuk sholat tahajud. Mungkin karena tak ada penerangan, tak sengaja diinjaknya si ular hitam. Suaminya sempat mengkop luka gigitan di kaki kiri dan mengikat dengan kain di betis. Saat datang, kaki kiri tersebut sudah mulai membiru sebatas pergelangan kaki. Setelah memeriksa tanda vital (kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi, suhu, dan pernafasannya) yang masih stabil, kami membersihkan lukanya dengan cermat. Memasukan suntikan antibiotika, anti nyeri, anti tetanus, juga beberapa obat lain sesuai keluhan.

Yang jadi masalah SABU (Serum Anti Bisa Ular) yang sedang kosong se-Batam malam itu. Padahal beberapa hari terakhir ada beberapa kasus gigitan ular. Memang sih kasus tersebut biasanya jarang terjadi, tapi kalau sudah begini??? Sudah sejak awal kami menerangkan ke pasien dan keluarga, perihal kekosongan antidotum tersebut. Semua sibuk menelepon ke sana ke mari. Mencari ... mencari ... dan mencari ... Waktu terus berjalan, tapi hasil tetap nihil. Kami menangani semampu yang bisa dilakukan.

Keadaan Si Ibu makin lemah, kesadarannya mulai menurun. Dia mulai tidak bisa menelan air, nafas mulai sesak walau saturasi oksigen (kadar oksigen yang mencapai ujung-ujung tangan dan kaki, dapat diukur dengan alat khusus) ke jaringan masih cukup baik. Segera kami pindahkan ke ruang resusitasi agar dapat dimonitor lebih ketat. Tak berapa lama saturasi O2 makin menurun, sampai harus dipompa nafasnya. Dengan sangat terpaksa, kami memasang ETT (Endo Tracheal Tube, selang yang dipakai untuk mempertahankan jalan nafas) dan membantu kerja nafasnya dengan ventilator (mesin yang membantu mempertahankan pernafasan pasien yang tidak dapat bernafas sendiri secara adekuat). Ibu yang malang tersebut harus dirawat di ICU.

***

Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis ular. Ada yang berbisa lemah, seperti ular sapi, ular tali, ular tikus atau ular jali, dan ular serasah. Ada juga yang berbisa kuat, seperti ular cabai, ular weling, ular sendok, dan ular king kobra. Korban gigitan ular terutama petani, pekerja perkebunan, nelayan, pawang ular, pemburu, dan penangkap ular. Kebanyakan gigitan ular terjadi ketika orang tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai sandal dan menginjak ular secara tidak sengaja. Gigitan ular juga dapat terjadi pada penghuni rumah, ketika ular memasuki rumah untuk mencari mangsa berupa ular lain, cicak, katak, atau tikus. Beberapa ular berbisa dapat dikenali melalui ukuran, bentuk, warna, kebiasaan, dan suara yang dikeluarkan saat merasa terancam. Bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.

Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi. Berdasarkan sifatnya pada tubuh mangsa, bisa ular dapat dibedakan menjadi bisa hemotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi jantung dan sistem pembuluh darah; bisa neurotoksik, yaitu bisa yang mempengaruhi sistem saraf dan otak; dan bisa sitotoksik, yaitu bisa yang hanya bekerja pada lokasi gigitan. Gejala dan tanda-tanda yang timbul antara lain adalah tanda gigitan taring (fang marks), nyeri lokal, pendarahan lokal, memar, pembengkakan kelenjar getah bening, radang, melepuh, infeksi lokal, dan nekrosis (rusaknya) jaringan.

Langkah-langkah yang harus diikuti pada penatalaksanaan gigitan ular adalah:

1. Tujuan pertolongan pertama adalah hambat penyerapan bisa, pertahankan hidup dan menghindari komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang membahayakan. Kemudian segera bawa korban ke tempat perawatan medis. Korban harus tenang, bagian tubuh yang tergigit sesedikit mungkin bergerak agar penyerapan bisa ke dalam aliran darah dan getah bening tidak makin cepat; luka gigitan tidak boleh diotak-atik.

2. Bawa korban ke rumah sakit secepatnya

3. Pengobatan gigitan ular
Salah pengertian yang umum terjadi pada pengelolaan gigitan ular. Metode penggunaan torniket (diikat dengan keras sehingga menghambat peredaran darah), insisi (pengirisan dengan alat tajam), pengisapan tempat gigitan, pendinginan daerah yang digigit, pemberian antihistamin dan kortikosteroid harus dihindari karena tidak terbukti manfaatnya.

4. Terapi yang dianjurkan meliputi:
a. Bersihkan luka dengan cairan faal atau air steril
b. Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban katun elastis dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Seperti membungkus kaki yang terkilir, tidak terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu. Penggunaan torniket tidak dianjurkan lagi.
c. Stabilisasi jalan dan fungsi pernafasan, sirkulasi, dan resusitasi bila kondisi klinis korban jadi tidak stabil, hipotensi berat dan syok, syok perdarahan, kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat terlepasnya penekanan perban, hiperkalemia akibat rusaknya otot rangka, serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.
d. Pemberian suntikan antitetanus, atau bila korban pernah mendapatkan toksoid maka diberikan satu dosis toksoid tetanus.
e. Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.
f. Pemberian sedasi atau analgesik
g. Pemberian Serum Anti Bisa Ular (SABU). Ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang luas.

***

Berita baik terakhir yang baru kudengar, Ibu korban gigitan ular berbisa tadi sudah dapat bernafas spontan dan dipindahkan ke ruang rawat inap biasa. SABU sudah berhasil didapatkan sediaannya, sedang didrip via infus. Meski hasil terapinya masih belum pasti (berhubung masuknya SABU lama sesudah kejadian), tapi yang penting semua sudah berusaha. Warna biru kehitaman di kakinya juga tidak bertambah lagi. Semoga berkat karma baik yang sudah Beliau lakukan, Beliau bisa sembuh seperti sedia kala dengan seminimal mungkin gejala sisa. Semoga …

Batam, 31 Mei 2010, 21.39

- Bie –

Sumber informasi : http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/RacunUlarBerbisa.pdf

Sumber gambar : http://jayvoh.deviantart.com/art/King-Cobra-133808246?q=boost%3Apopular+in%3Aphotography%2Fnature+king+cobra+snake&qo=2

2 komentar:

  1. kangen ama tulisan ala ER gini, Mel :D
    matur tengkiyu udah mengobati rinduku
    prikitiiww...

    BalasHapus
  2. sipp, ntar kalo ada kasus antik lagi ya.

    BalasHapus