23 Maret 2010

Menjadi Tua dengan Hati Belia













Menghadapi pasien geriatri (lanjut usia) memang susah-susah gampang. Banyak peristiwa, dari yang lucu sampai yang menyedihkan kutemui di RS. Secara psikis, mereka lebih sensitif. Mudah tersinggung, depresi, dan menangis, jadi pelupa. Sikap dan tingkah lakunya cenderung kembali seperti anak kecil. Secara fisik sudah banyak terjadi kemunduran. Banyak penyakit degeneratif menahun (akibat proses penuaan) yang terjadi pada diri mereka. Mulai dari yang masih bisa dikontrol, seperti Diabetes Melitus (kencing manis), Hipertensi (tekanan darah tinggi), dll. Sampai yang memang sudah tidak bisa diapa-apakan lagi, seperti keganasan atau kelainan organ yang sudah stadium akhir (gagal ginjal kronis yang sudah harus cuci darah terus misalnya.


Beberapa hari yang lalu ada sebuah kejadian lucu. Seorang Oma yang dirawat karena lambungnya terluka parah. Mungkin karena banyak makan jamu-jamuan penghilang rasa sakit. Sehubungan dengan lututnya yang sering nyeri bila berjalan. Kalau sudah kambuh, makan minum juga susah. Muntah ada darahnya, buang air besarnya juga jadi hitam seperti aspal karena mengandung darah yang sudah bercampur dengan asam lambung. Si Oma pura-pura pingsan di kamar mandi. Walaaahhhh … kami pusing dibuatnya. Waktu dicek tekanan darah, frekuensi nadi, pernafasannya baik-baik saja. Cuma karena merasa tidak diperhatikan, Beliau curhat sambil berurai air mata mengatakan bahwa anak-anaknya ingin dia cepat mati. Sudah tidak sayang lagi ke dia. Pasien sebelah yang sekamar dengannya saja ditunggui, dia sendiri tidak .

Lain lagi yang menimpa seorang Opa di ruang lain. Keluarganya sangat sayang dan perhatian ke Beliau. Malangnya tidak ada yang bisa diperbuat karena Si Opa menderita kanker lambung stadium akhir. Kondisi badannya yang lemah naik turun dengan cepat hanya dalam hitungan hari. Makanan padat sudah tidak bisa dinikmati lagi, hanya susu dan diet cair. Beberapa hari sekali butuh transfusi darah karena perdarahan yang terjadi dalam lambungnya. Selang oksigen di hidung dilepas, selang lambung ditarik. Pokoknya semau dia saja. Terapi yang bisa diberikan hanya suportif. Kami hanya bisa membuat Opa senyaman mungkin, menjaga kualitas hidup sebisanya, mengurangi penderitaan dalam menghadapi saat-saat terakhir kankernya.

Penanganan problem geriatri memang harus terpadu oleh beberapa dokter ahli di berbagai bidang, juga psikolog. Dukungan keluarga, teman, lingkungan sangat penting. Dari sisi kerohanian juga sangat diperlukan. Terapi terbaik adalah secara holistik, menyeluruh. Ini yang tidak mudah dilaksanakan. Kadang yang harus diterapi bukan hanya pasien, tapi juga keluarganya.

Menghadapi penyakit-penyakit menahun yang diderita orang tua kita, sebenarnya dapat membuat kita lebih siap untuk menghadapi perpisahan yang akan terjadi. Tapi kalau bisa memilih, kita pasti ingin meninggal dengan cepat dengan penderitaan sesedikit mungkin. Seringkali tidak tega melihat pasien-pasien yang hidup segan, mati tak mau. Mereka harus berbaring bertahun-tahun setelah terkena stroke (pecahnya atau sumbatan yang terjadi di pembuluh darah di otak), misalnya. Tergantung sepenuhnya dengan orang lain. Kalau tidak terawat dengan baik, lidahnya jadi berjamur, tidak bisa makan minum. Punggung dan pantat yang sering terkena tekanan bisa luka sampai berlubang karena posisi badan yang tidak diubah beberapa kali dalam sehari. Kadang pengasuhnya memang tidak mengerti akan hal itu. Iya kalau penderitaan tersebut terjadi saat usia memang sudah tua, yang umurnya juga sudah bonus, hidup tidak lama lagi. Bagaimana seandainya hal ini terjadi saat masih kecil atau usia produktif, misal karena kecelakaan atau cacat dari kecil?

Menjadi tua adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh siapa pun. Mau secantik dan seganteng apa pun asalnya. Walau dengan usaha sekeras dan semahal apa pun, kita semua tetap akan mengalaminya. Karena itu sudah merupakan bagian dari sebuah paket kehidupan. Semua ada expired date-nya. Justru dengan menjadi tua, banyak pengalaman yang bisa kita pelajari. Membuat kita menjadi matang, dewasa dalam berpikir dan mengambil keputusan, menjadi lebih bijaksana dalam memaknai hidup. Dengan menjadi tua, kita seharusnya bersyukur dapat mengecap dan menikmati warna-warni kehidupan. Yang penting bagaimana menjaga karunia kesehatan selagi masih kita miliki. Dengan tidak melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mempercepat turunnya kualitas hidup kita di kemudian hari. Mari bersama menjadi tua dengan hati yang selalu belia.

Batam, 23 Maret 2010, jam 13.49

Sumber gambar : http://barry8chika.deviantart.com/art/Young-at-Heart-2-115166770

Tidak ada komentar:

Posting Komentar