25 September 2009

First Love Never Die ...


Josh : ‘Aku bingung …’


Jill : ‘Kenapa?’


‘Hatiku kacau balau … kenapa di saat aku mulai bisa melupakannya, dia muncul kembali? Di waktu dan tempat yang salah.’


Hening sejenak … Sayup-sayup terdengar alunan musik lembut dari dalam gedung. Angin di balkon semilir menerpa wajah kami. Lampu-lampu gemerlap terlihat dari kejauhan, indah sekali. Josh dan aku sedang berada di pesta pernikahan seorang teman, yang merupakan teman baik kami bedua. Kami didaulat untuk menjadi pengapit mempelai, aku berpasangan dengannya. Sudah lama tidak bertemu. Seseorang yang pernah kukagumi diam-diam. Kami berpisah karena aku mengikuti orang tua yang pindah ke Jakarta.



‘Di saat aku sudah mulai bisa melupakannya, berusaha menemukan penggantinya.’

Pandangan mata itu tampak sedih, jelas sekali kegalauan hatinya.

‘Sejak kehadirannya kembali, semua jadi serba salah, tidur salah, makan salah, kerja salah.’


Seandainya … seandainya … siapa sih perempuan yang sangat beruntung, mendapat cintamu yang begitu dalam? Andai kau belum ada yang punya … duhhh. Aku minum sedikit wine dari gelas yang kupegang. Sambil memainkan hiasan bunga di pergelangan tanganku. Gaun panjang warna putih tulang yang kupakai memang sedikit tak nyaman. Tapi aku menyukainya, potongan lehernya yang berbentuk sabrina, hiasan bunga-bunga kecil berwarna lembut di bagian dada dan pinggang. Rambutku disanggul ke atas, dengan hiasan bunga-bunga kecil senada, dengan sedikit anak rambut yang dibiarkan terjatuh, mempercantik leherku yang jenjang. Anggun sekali. Yang nggak tahan sepatu hak tinggi ini, kakiku lelah sekali dibuatnya.


Kupandangi wajahnya yang galau. Dia sangat tampan dalam potongan jas putih itu. Tubuhnya tinggi dengan dada yang bidang, perawakan sedang. Rambut hitam yang sedikit ikal tersisir rapi. Hmmm … bau parfumnya macho banget, campuran rempah-rempah yang segar. Membuatku ingin dekat-dekat dengannya. Aku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. ‘Kamu kedinginan, Jill? Nih pake jasku aja,’ katanya sambil melepaskan jas tersebut. Wuahhhh kebeneran … ngarep … hehehe.


‘Kamu tidak memberitahukannya isi hatimu? Tidak ada kata terlambat.’


‘Saat ini sudah tidak bisa dan tidak boleh, aku tidak mau membuatnya bimbang. Aku tidak mau menjadi orang yang egois. Terlalu besar cintaku, untuk melakukannya. Bukankah cinta tidak harus memiliki?’


‘Bodoh kamu, Josh. Gimana dia bisa mempertimbangkanmu kalau kamu tidak pernah ngomong ke dia?’


'Aku kaget waktu dia memberitahuku kalau akan menikah dan memintaku untuk menjadi salah satu pendamping pengantin. Aku tidak sanggup menolak, karena ini kesempatan terakhirku untuk melihatnya ... sebelum dia menjadi milik orang lain.’


Aku berusaha menutupi kekagetanku, ternyata perempuan beruntung itu Sally, pengantin wanita di pernikahan ini. Pantas dia selalu gelisah setiap berdekatan dengannya. Kupikir awalnya hanya grogi karena tidak terbiasa menjadi pengapit. Makanya setelah selesai bertugas, saat dia mengajakku ke luar mencari udara segar, aku mengikuti.


Dia bercerita, bahwa Sally merupakan cinta pertamanya. Di saat usia masih belia, mereka sempat jalan bersama secara diam-diam selama beberapa bulan. Tapi akhirnya Sally memilih berpisah karena hubungan mereka tetap tidak disetujui orang tua. Selulus SMU, mereka terpisah, kuliah di kota yang berbeda. Menjalani hidup masing-masing.


‘Aku tidak bisa melupakannya, meski sudah beberapa kali berganti pasangan. Selalu ada satu tempat di ruang hati ini, yang tidak tergantikan oleh yang lain. Sampai kapan pun.’


But life must go on, Josh, kalau kamu sudah memilih untuk melepaskan dan membiarkannya menjadi milik orang lain, kamu harus konsekuen. Semua pilihan ada konsekuensinya. ‘


***


Once in a while

You are in my mind

I think about the days that we had

And I dream that these would all come back to me

If only you knew every moment in time

Nothing goes on in my heart

Just like your memories
How I want here to be with you

Once more


You will always gonna be the one

And you should know

How I wish I could have never let you go

Come into my life again

Oh, don't say no

You will always gonna be the one in my life

So true, I believe I can never find

Somebody like you

My first love


***


Lagu ‘First Love’ Utada Hikaru terdengar dari kejauhan, kusentuh tangannya lembut. ‘Masuk yuk, dingin lama-lama di sini.’ Masih ada aku di sini, perempuan lain yang diam-diam mengagumimu. Akan kuhapus luka hatimu. Meski aku tahu, namanya akan selalu ada di sana, tapi … tunggu saat itu tiba, akan kuisi ruangan lain yang tersisa dengan namaku … I promise


***


Once in awhile

You are in my dreams

I can feel the warmth of your embrace

And I pray that it will all come back to me

If only you knew every moment in time

Nothing goes on in my heart

Just like your memories

And how I want here to be with you

Once more

yah yah yah


You will always be inside my heart

And you should know

How I wish I could have never let you go

Come into my life again

Please don't say no

Now and forever you are still the one

In my heart

So true, I believe I could never find

Somebody like you

My first love

oh oh


You will always gonna be the one

And you should know

How I wish I could have never let you go

Come into my life again

Oh, don't say no

You will always gonna be the one

So true, I believe I could never find

Now and forever


***


Batam, 25 September 2009, 15.19

... diilhami teman-temanku yang sulit melupakan first lovenya ...

23 September 2009

Dua Hari Semalam di Singapura

Sejak semalam Nanda sudah tidak bisa tidur. Dia terlalu gembira karena hari ini kami akan main ke Singapura. Negara tetangga ini memang sangat dekat dan dapat dicapai hanya dengan ferry selama satu jam dari Batam. Fiuuuhhh … akhirnya meski singkat, ada waktu buat pergi liburan dengan keluargaku.


Singapura merupakan kota yang rapi, bersih, aman, dan teratur. Mau jalan di malam hari sekali pun, kita tetap merasa aman, beda sekali dengan kota-kota besar di Indonesia pada umumnya. Agenda pertama kami begitu sampai di Harbour Front, sarapan. Yang murah masih dalam lingkungan pelabuhan tersebut, sekitar SGD 3,00-4,00, dengan porsi jumbo (baca porsi kuli hahaha …). Setelah itu baru memulai petualangan di sana.


Orang Singapura sangat berbeda dengan orang Indonesia. Kesan pertamaku, cuek. Rata-rata jalannya cepat sekali, tipe pekerja keras (sampai tua pun mereka tetap bekerja, berpenghasilan sendiri, tidak mau tergantung anak cucu), serius, sampai sering tanpa senyum (terutama terhadap orang asing), kebanyakan di kedua telinga nyangkut earphones i-pod (khas individualismenya), sandal jepit (ini salah satu yang kusesali tidak kupakai waktu jalan ke sana). Pasti jarang yang kena osteoporosis (tulang keropos tuanya) karena gerak jalan terus ke mana-mana sepanjang hari. Saking cueknya peluk dan ciuman di kereta pun cuek saja. Sangat tertib terutama saat mengantri ... sekali lagi ... kapan Indonesia bisa begitu? Mereka terdiri atas banyak ras, ada bule dari berbagai negara, Cina, India, Melayu, baik pendatang maupun penduduk asli sana.


Hari liburan seperti sekarang ini, banyak banget turis dari Indonesia. Terutama di pusat-pusat perbelanjaan, kayak orang Surabaya migrasi deh. Kemana-mana terdengar orang berbicara dengan bahasa Indonesia diselingi bahasa Jawa medok-nya yang khas hihihi …


Stasiun MRT (kereta listrik) sangat banyak dan besar. Terletak di bawah tanah, kadang saking dalamnya, kita sampai harus turun beberapa eskalator. Kita bisa ke mana-mana dengan membeli tiket langsung atau dengan kartu khusus dengan nominal tertentu, yang dapat diisi ulang. Membuat biaya perjalanan lebih murah, lebih cepat, tanpa ada kata macet dibanding kalau kita bepergian dengan kendaraan lain. Tanda penunjuk jalan dan jalur sangat jelas. Kita bisa berhenti di tempat terdekat dengan tujuan kita dan tidak takut tersesat.


Tujuan pertama langsung ke Science Centre. Bulan Maret yang lalu, kami sebenarnya sudah ke sana, tapi karena kurang pagi berangkat, tidak semua wahana bisa dilihat. Kali ini menyelesaikan yang tersisa. Dari pintu masuk, kami disambut berbagai objek tipuan mata. Di salah satunya kepala kita bisa terlihat seolah terhidang di atas meja, padahal itu bayangan cermin.


Omnimax terletak di ujungnya. Merupakan gedung pertunjukan film mirip seperti Keong Mas Jakarta. Tema kali ini tentang kehidupan macam-macam beruang. Layar filmnya ya kubah dari teater tersebut, membuatnya terlihat dalam bentuk tiga dimensi. Kita duduk dengan posisi setengah tidur, gelap, dingin. Hasilnya anak dan suamiku tidur nyenyak di dalam (berhubung semalam kurang tidur), hanya aku yang masih terjaga sambil terkantuk-kantuk sampai selesai. Padahal filmnya lumayan seru lho! Direkomendasikan buat yang insomnia (sulit tidur) hahaha.


Lanjut ke luar gedung, pindah ke Snow City di sebelahnya. Sebelum masuk ke lemari es raksasa, dengan membayar sedikit biaya tambahan, kami dapat menyewa baju hangat, celana panjang, sarung tangan tebal, dan sepatu. Ruangannya tidak terlalu besar, beratap sangat tinggi, ada tempat seluncur dengan menggunakan ban dalam yang landai. Kita harus berjalan naik melalui jalan kecil di pinggir luncuran tadi, yang dibatasi pagar kayu, sebelumnya. Aku dan Nanda meluncur sendiri, Ayahnya menunggu di bawah … kedinginan hihihi. Di dalam juga ada bar kecil, tempat kita bisa memesan minuman hangat atau es kacang … brrrr yang terakhir gratis kalau berani. Nanda senang sekali, masuk ke rumah eskimo kecil, main lempar-lemparan salju, apalagi waktu turun salju buatan. Dia menjulurkan lidah, walhasil lidahnya sakit sesudahnya.


Science Centre memang luas sekali areanya. Terdiri atas banyak ruangan yang membahas berbagai bidang ilmu, antara lain : fisika, biologi, kimia, matematika, manusia, binatang, tumbuhan, robotik, dll. Yang berkesan waktu kita melihat telur ayam yang sudah dierami selama dua puluh satu hari dengan pemanas buatan. Kita bisa melihat detik-detik saat anak ayam keluar dari cangkangnya secara langsung. Ada juga kotak untuk memelihara kecoak dari ukuran sekuku sampai yang sejempol orang dewasa … huek-huek, aku paling tidak menyukai bau khasnya yang menyengat. Kami juga sempat melihat percobaan dengan nitrogen cair. Pisang yang dalam keadaan normal dengan mudah bisa terbelah, setelah direndam dalam nitrogen cair, bisa dipakai memalu paku ke dalam kayu. Letuche menjadi seperti keramik, yang pecah berkeping-keping saat dibanting. Selang karet elastis, jadi sekeras batu, kembali ke bentuk semula setelah direndam air panas. Jangan coba-coba memegang cairan ini secara langsung tanpa sarung tangan khusus, karena tubuh kita yang mengandung air akan menjadi sekeras besi dibekukan olehnya …iron man.


Hari sudah gelap saat kami keluar dari sana. Dengan MRT menuju ke Hotel Furama di daerah Chinatown. Seorang teman merekomendasikannya sebelum berangkat … dan ternyata kamar mereka sudah penuh. Ini memang sedang liburan Lebaran dan sedang ada perlombaan F1. Duuuhhh … sambil berjalan gontai antara capai dan lapar, kami mencari taxi keluar hotel. Aku iseng bertanya ke petugas running boy, apakah ada tempat menginap lain yang bersih dan tidak mahal. Karma baik, dia menunjukkan Hotel 81 dekat situ. Waaahhh benar-benar bertemu malaikat penyelamat deh.


Selesai mandi membersihkan debu dan keringat yang menempel di badan sejak pagi, kami jalan-jalan di Chinatown. Serba merah khas pecinan, dihiasi banyak lampion. Jalan-jalan ini dulunya tempat tinggal, bekerja, dan bermain para imigran Cina awal di sana. Kanan kiri sekarang dipenuhi toko cindera mata dan tempat makan. Banyak orang berlalu lalang atau sekedar nongkrong di sana. Kami memilih ngobrol di salah satu resto sambil mengisi perut. Hmmm … lumayan kok, meski bumbunya nggak semantap masakan Malang hehe … Kubeli beberapa oleh-oleh cindera mata sebelum pulang. Kami sempat mendengarkan gadis cantik berpakaian dan dandan khas Cina sedang memainkan gu zheng, alat musik petik yang indah sekali suaranya ... jadi pengen belajar hihihi ... Paginya kami ke Chinatown Heritage Centre, di sana kita bisa mempelajari sejarah dan warisan pendatang Cina pertama di Singapura. Mulai dari melihat bentuk kamarnya, barang dan baju yang digunakan, budayanya, termasuk opera Cina yang dulu juga dimainkan oleh turun temurun keluarga suamiku … seru banget deh ! Seperti kembali ke masa lalu.


Salah satu yang paling kusuka dari Singapura, surga toko bukunya yang besar dan super lengkap. Bisa betah seharian main di sana, hanya untuk berburu buku. Biasanya kalau tidak mencari buku ketrampilan tangan (terutama crocheting, kesukaanku), aku (dan suami) ke bagian buku teks kedokteran. Nanda tentu saja ke bagian buku dongeng anak. Untung dia sekolah di sekolah internasional, dengan bahasa pengantar Inggris, Indonesia, dan Mandarin. Jadi dia tidak kesulitan membaca dan mengerti isi buku-buku di sana. Keluarga kami memang kutu buku.


Di Little India, pemberhentian berikutnya, merupakan pemukiman keturunan India Singapura. Mayoritas penganut Hindu. Di sana terdapat kuil Hindu, pusat sendratari Maya (yang sayangnya tidak buka saat itu), dan pasar.Tampak tempat puja Dewa Ganesha di depan beberapa toko, lengkap dengan dupa dan kalung rangkaian bunga segar. Dalam cuaca sangat terik siang itu, kami berjalan menyusurinya. Di sana banyak dijual bahan mentah segar dan bumbu khas India untuk kebutuhan sehari-hari, beberapa tempat makan masakan khas daerah tersebut. Beberapa toko menjual perlengkapan sembahyang, termasuk dupa yang wanginya luarrrrr biasa, sampai pening kepalaku dibuatnya. Ada juga kompleks penjualan perhiasan emas yang unik dan khas, serta kain-kain. Aku sebenarnya ingin tanganku digambar dengan hiena (tinta India yang baru bisa hilang setelah berminggu-minggu), tapi tidak ketemu tempat pelukisnya.


Setelah main selama dua hari di sana, kami pulang kembali ke Batam. Masih banyak tempat yang belum kami kunjungi, akan disambung lagi di petualangan berikutnya. Puas bisa main dan menikmati waktu berkualitas dengan keluarga, yang tidak setiap saat ada. Jalan terus sepanjang hari sampai kaki mau copot, sebanding dengan yang kudapat sebagai gantinya … kebersamaan. Keluarga tetap nomor satu. Sebagus apa pun karir kita, sebanyak apa pun materi yang kita dapat, semua tidak berarti kalau keluarga berantakan dan tanpa kasih sayang.


Batam, 24 September 2009, jam 01.26

19 September 2009

Malaikat Kecilku



Saat kubangun dari tidur tadi pagi, kulihat orang-orang terkasihku masih terlelap. Entah sejak kapan Nanda menyusup di antara kami. Dia sebenarnya memiliki kamar sendiri di ruang sebelah. Mungkin karena udara dingin, hujan terus di sini.

Kupandangi wajah polosnya itu ... hhmmm malaikat kecilku. Rambutnya yang hitam legam sebahu, anak-anak rambut halus menutupi sebagian keningnya. Matanya yang indah tidak menutup sempurna saat tidur ... persiiiisss seperti kebiasaan Ayahnya. Hidungnya mancung, tidak seperti hidungku. Bibirnya yang merah jambu, sesekali tersenyum dalam tidurnya, entah apa yang sedang diimpikannya. Pipi 'chubby' nya sedikit kemerahan tanpa perlu dipoles 'blush on', membuat orang ingin mencolek. Kubelai kulit yang putih, halus seperti sutera itu. Dia benar-benar makhluk paling indah yang pernah hadir dalam hidupku, 'our masterpiece' ... wajahnya perpaduan sempurna dari kami bedua.

Aku mulai mengandungnya beberapa bulan setelah pernikahan kami. Saat itu aku sedang mengambil ujian akhir profesi kedokteran umum di Universitas Sam Ratulangi, dan harus tinggal di Manado sekitar tiga bulan. Suamiku yang baru menyelesaikan tugas wajib pemerintah dokter di Poso, menyertai. Hari-hari yang menegangkan, tuntutan untuk harus lulus ujian, tiap hari harus begadang, membahas soal-soal dan kasus, membaca 'textbook' yang banyak banget, untung selalu ada yang menemani dan mendukungku. Jadwal haid yang tidak beraturan, awalnya kupikir dipicu karena stres fisik dan emosi, ternyata disebabkan kehadirannya.

Perasaan campur aduk saat mengetahuinya, antara sangat senang (walau sebenarnya kehamilanku belum direncanakan saat itu karena sedang ujian), dag dig dug karena ini pengalaman pertama buatku, sekaligus tegang karena tetap harus menyelesaikan ujian yang tersisa. Makan sih OK, apalagi teman-teman Manadoku hobi makan dan pesta. Tapi setelah itu, aku harus buru-buru permisi ke kamar mandi untuk mengeluarkan seluruh isi perut ... duhhh efek samping hormon kehamilan.

Hari demi hari, perutku bertambah besar. Mulanya hanya terasa kedutan-kedutan kecil di perutku, lama-lama kadang bentuk permukaan perut ini jadi tak beraturan. Tergantung posisi bayiku saat itu. Makin hari makin terasa kehadirannya, makin besar pula rasa sayangku.

Sambil menunggu hari-hari menjelang kelahirannya di Malang, selesai sumpah dokter dan sambil menunggu panggilan tugas wajib pemerintah, aku bekerja di tempat kakak yang punya 'home industry' boneka. Aku sering lupa waktu di sana, kerja dari pagi sampai sore, kadang sampai malam. Memadupadankan boneka, kerancang, bunga, dan pita-pita sampai tercipta parcel-parcel yang cantik. Sesekali aku mendengarkan musik klasik yang banyak terdapat di rumah kakakku yang sekaligus guru ballet itu. Mungkin karena itu kali ya, Nanda menjadi anak yang sangat mencintai seni dan keindahan hehe...

Kalau malam hari tiba, saat istirahat, baru terasa pinggang rasanya mau copot, kaki sakit luar biasa. Untung ada suami tersayang yang selalu mau memijat dan menggosok punggungku. Dia selalu menemani memeriksakan diri ke dokter kandungan.Yang paling berkesan saat USG pertama. Melihat denyut jantung mungil itu, makhluk yang dari tiada menjadi ada karena cinta kami bedua, hidup dan bertumbuh dalam perutku. Perasaan itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, takjubnya, keharuannya.

Saat usia kehamilanku 36 minggu, mulai terasa mules yang tidak seperti biasa. Suamiku sedang mengikuti ujian masuk spesialisasi di Universitas Diponegoro Semarang hiks hiks ... aku sedang menginap di tempat kakak. Perutku sudah terasa tegang-tegang sejak semalam. Biasanya akan segera hilang dengan miring ke satu sisi, dan kuelus-elus sedikit. Tapi kali ini tidak, malah semakin sering timbulnya. Aku masih sempat mengontak suamiku dan mengabarkan bahwa mungkin sudah saatnya aku melahirkan. Memang menurut perhitungan empat minggu lagi seharusnya anakku baru lahir.

Aku sarapan dulu. Saat mandi tadi pagi 'blood slym' (tanda awal proses persalinan) memang sudah ada, tapi ketubanku masih utuh. Tenang ... teorinya butuh waktu sekitar empat belas jam untuk persalinan pertama, malah ada yang lebih lama dari itu. Masih ada waktu. Sambil meringis menahan sakit yang datang semakin sering dan berusaha mengatur nafas, mobil dikebut menuju ke rumah bersalin tempat praktek dokter kandunganku. Dalam perjalanan, Tanteku tengok kiri kanan, mencari benda apa yang bisa dipakai saat itu, seandainya aku melahirkan di mobil ... dia baru memberitahuku soal ini kemudian hahaha ...

Rumah bersalinku bentuknya seperti rumah biasa, sangat asri, lengkap dengan hiasan arsitektur Jawanya, cukup lengkap dan bersih. Sesekali terdengar kicau burung yang sengaja dipelihara di halamannya. Ruang rawat inapnya tidak seperti di rumah sakit, bentuknya seperti kamar biasa di rumah, ranjangnya besar, ada lemari ukiran kayu dengan TV di atasnya. Aku suka suasananya, klop dengan seleraku yang menyukai segala sesuatu yang etnik. Mungkin sengaja dibuat seperti itu, untuk mengambil kesan 'homy'nya, agar ibu-ibu yang mau melahirkan dan para bapak yang menunggui berkurang ketegangannya.

Begitu tiba, aku segera masuk ke ruang bersalin. Ruangannya terang, dingin, dan serba putih, kecuali bagian dindingnya yang separuh ke atas ditutupi keramik warna biru muda. Bidan yang memeriksa pembukaanku terkejut karena ternyata pembukaanku sudah lengkap. Sama kagetnya denganku, karena mulesnya baru mulai kurasa sekitar tiga jam sebelumnya. Mungkin ini yang disebut partus presipitatus (persalinan berlangsung sangat cepat, kemajuan cepat dari persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari awitan kelahiran). Kemungkinan ke-2 karena bayiku memang masih belum waktunya lahir, pasti kecil. Ditambah dengan aku yang tidak bisa diam selama hamil hahaha ... dia jadi tak sabar ingin segera melihat dunia luar.

Mulesnya semakin sering datang, nyerinya beberapa kali lipat nyeri saat haid. Aku berusaha tenang, menahan diri untuk tidak berteriak, dari pada tenggorokanku jadi sakit dan tenagaku malah habis saat dibutuhkan untuk mengedan nanti. Untung tak berapa lama, dokter kandunganku datang. Proses persalinan berlangsung cepat, Nanda lahir jam 08.06 pagi. Sesuai dugaanku, beratnya 2450 g dan panjangnya tak sampai 50 cm. Matanya bulat besar, mendominasi hampir seluruh wajahnya. Jari jemarinya kurus dan panjang, lengkap dan normal. Lega dan takjub aku memandangnya dalam pelukanku.

Suamiku baru sampai sore harinya. Meski dia tidak ikut menemaniku saat persalinan, tapi dia mau ikut merawat, memandikan, membuat dan memberi susu, dll. Aku sungguh beruntung mempunyai suami sepertinya. Kami melakukannya bergantian dan sebisa mungkin merawatnya tanpa bantuan 'baby sitter'. Banyak lho suami yang tidak mau ikut serta merawat bayinya, maunya cuma ikut bikin hahaha ...

Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa bayi mungil yang kami beri nama Ananda Angelia Ivan itu sudah berusia delapan tahun sekarang. Dia sudah menjadi gadis cilik yang cantik dan pintar. Semoga bukan cuma fisikmu yang cantik, Nak. Semoga hatimu juga, ini selalu doa kami untukmu ...

Batam, 19 September 2009, pukul 18.26

15 September 2009

Jangan Sakiti Ani


http://rlv.zcache.com/broken_hearted_bunny_pink_postcard_art-p239711781127686838qibm_400.jpg


* Di RS *

Tubuh mungil itu terbaring di salah satu ranjang observasi di UGD sambil memeluk Si Pinky, boneka kelinci kesayangannya. Tatapannya kosong, mulutnya terkatup rapat, dengan ekspresi yang datar. Gadis cilik ini baru berusia enam tahun. Hari ini banyak peristiwa sudah dialaminya. Peristiwa yang akan selalu membekas di benak dan hati yang tanpa dosa itu sampai akhir hayatnya. Seorang lelaki dewasa tak bertanggung jawab, sudah menodai kemurniannya. Tubuh itu koyak, diperlakukan semena-mena. Dia datang ke UGD dengan digendong Bapaknya. Ekspresi tegang, penuh kekhawatiran menghiasi wajah-wajah pengantarnya.


* Di Rumah Ani *

Hari itu ada Om yang 'baik hati' menawari es krim, dan mengajak Ani berjalan-jalan. Saat itu dia sedang bermain di halaman dengan Eki, teman sebaya yang juga tetangga rumah. Dua gadis cilik ini memang sudah mulai libur sekolah. Ayah sedang bekerja dan Ibu sedang berbelanja ke pasar. Di jam-jam seperti itu memang perumahan tersebut dalam keadaan sepi. Eki sudah melarangnya ikut Om yang tidak dikenal tersebut, tapi Ani tidak peduli. "Om bilang, aku akan diajak menyusul Ibu ke pasar".

Sepulang Ibu Ani dari pasar, dia hanya melihat Eki bermain sendirian di depan rumah. Eki langsung melaporkan kalau Ani tadi diajak Om-Om, katanya mau menyusul Ibu ke pasar. Wah jerit histeris langsung keluar dari mulut Ibu, dengan panik dia berusaha mencari ke setiap sudut perumahan tersebut. Tidak ada yang tahu ke mana perginya Ani. Pencarian dilanjutkan dengan bantuan warga sampai ke pelabuhan, takut Ani sudah dibawa menyeberang ke pulau lain. Tetap gadis cilik ini tidak terlihat batang hidungnya.

Hari sudah menjelang sore, ketika salah seorang tetangga secara tak sengaja melihat Ani berjalan sendirian, sambil tertatih-tatih, menuju ke arah jalan pulang. Tidak ada yang tahu dia dari mana. Ibu dengan berurai air mata dan perasaan lega luar biasa segera menghambur dan memeluknya. "Dari mana aja kamu, Nak, kami semua bingung mencarimu ke mana-mana". Ani menangis sekencang-kencangnya begitu melihat orang-orang yang dikenalnya. Antara bingung, lega, dan haru dia memeluk erat kedua orang tuanya. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya ketika semua berebut menanyakan apa yang telah terjadi padanya.

Kepanikan kembali terjadi saat tiba-tiba Ibu merasa ada sesuatu yang basah dan hangat mengalir di pangkuannya. Astaga !!! Ternyata sesuatu tadi adalah darah yang membasahi rok Ani yang berwarna hitam. Tidak ada yang menyadari, karena tersamarkan warna bajunya. Kejadian tersebut segera dilaporkan ke kepolisian, dan Ani segera dibawa ke RS untuk dilakukan visum.

* Kembali ke RS *

Setelah memeriksa, mengajukan beberapa pertanyaan, dan mengambil beberapa foto kelainan yang didapat, dr. Susi menemui orang tua Ani. Dengan tenang, dan perlahan, dia menerangkan kepada mereka, apa yang akan dilakukan setelah ini untuk menangani gadis cilik tersebut. Luka yang cukup lebar di kemaluannya, telah membuat perdarahan masih terus berlanjut. Jalan terbaik akan dilakukan penjahitan dan eksplorasi luka di ruang operasi. Juga akan dilakukan pengambilan apusan cairan vagina untuk memastikan adanya tanda-tanda telah terjadinya perkosaan, dan bila diperlukan sampelnya bisa dikirim ke laboratorium dan dicocokkan dengan DNA pelaku kalau tertangkap nanti. Setelah luka Ani sembuh, dia akan dikonsulkan ke seorang Psikolog untuk menyembuhkan trauma psikisnya.

............................................................................................................

Kejadian seperti di atas sebenarnya sudah berulang kali terjadi di sekitar kita. Kita bisa mendengar dan membacanya di berbagai media. Tidak salah kalau hal ini membuat kita sebagai orang tua menjadi semakin paranoid saja dari hari ke hari. Anak-anak harus selalu diingatkan 'Don't talk to a stranger and trust no body!!!' Semakin banyak orang-orang dengan kelainan jiwa seperti ini berkeliaran di lingkungan kita. Apa ini dikarenakan hukuman yang dijatuhkan bagi pemerkosa kurang berat ya? Kalau hukumannya langsung dikebiri mungkin akan membuat pelaku lebih berpikir panjang sebelum melakukannya.

Anak adalah karunia Tuhan. Jangan sampai malaikat kecil tidak berdosa itu disakiti oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sudah sepatutnya kita menjaganya dari ancaman-ancaman buruk dari orang-orang tersebut. Kalau bukan kita, siapa lagi ???

Batam, 16 September 2009, jam 11.58
... cerita di atas diilhami dari sebuah kasus yang kutemui di RS, nama tokoh dan ceritanya fiksi belaka ...

Jatuh Cinta ... Ada Penjelasannya Dari Sudut Pandang Kesehatan



http://www.bentara-online.com/main//images/stories/celebrity/duo_maia.jpg

apakah ini namanya cinta
begitu membingungkan
aku kini sedang jatuh cinta
ku tanyakan mengapa

hatiku resah, hatiku gundah
semuanya jadi serba salah

aku mau makan, ku ingat kamu
aku sedang sedih, juga ku ingat kamu
aku sedang bosan, ku ingat kamu
oh cinta, inikah bila ku jatuh cinta

semua tertawa lihat tingkahku
lenyap jadi tak menentu
begini salah, begitu pun salah
ku tanyakan mengapa

apakah ini namanya cinta
begitu membingungkan

Hahaha ...gitu deh cuplikan lagu 'Ingat Kamu' dari Duo Maya, yang menggambarkan perasaan kita saat sedang jatuh cinta. Jatuh cinta bisa terjadi kapan saja, di mana saja, menimpa siapa saja ... nggak peduli masih TK, atau sudah uzur, nggak peduli masih sendiri atau sudah berpasangan.

Kenapa sih kok bisa timbul perasaan-perasaan di atas saat jatuh cinta pada seseorang? Ternyata menurut Helen E. Fisher, seorang ahli antropologi, ini dikarenakan proses kimia yang terjadi dalam tubuh seseorang. Ada beberapa jenis hormon yang dikeluarkan, antara lain :

1. Dopamin, disebut juga 'pleasure chemical', ini yang menimbulkan kekuatan, kegembiraan luar biasa, konsentrasi ke pasangan, serta dorongan yang kuat untuk memberi.

2. Norepinefrin, hormon yang satu ini membuat jantung kita terpacu (deg-degan), pembuluh darah melebar ('blushing'), makan tak enak (nih bisa buat diet wkwkwk ...), tidur tak nyenyak, jadi hiperaktif, gelisah.

3. Feromon, hormon yang terkandung dalam bau badan khas seseorang (konsentrasi tertinggi di kelenjar keringat di ketiak ... huek huek dah ...) dan dapat dideteksi oleh saraf-saraf penciuman pasangannya, membuat saling tertarik dan tahu 'this is the right one for me'.

4. Oksitosin, membuat libido kita meningkat, ingin dekat-dekat sama yayang, ingin dipeluk, dicium, dst. dst. dst. ... selanjutnya terserah Anda hahaha ... Hati-hati buat yang belum resmi nikah, nenek bilang itu berbahaya !!! Apalagi kalau digabung dengan kerja hormon Endorfin yang menimbulkan rasa aman dan damai.

Efek hormon-hormon di atas dapat bertahan lama atau tidak, tergantung pasangan tersebut. Saat efeknya sudah berkurang, kita akan kembali ditarik ke dunia nyata. Pasangan yang tadinya kelihatan sempurna di mata kita, akan mulai terlihat kekurangannya di sana sini. Bila benar-benar mencintainya, kita akan dapat saling beradaptasi dan melanjutkan hubungan sampai maut memisahkan.

Bagaimana kalau jatuh cinta ini terjadi saat kita sudah punya pasangan? Kurasa jalan terbaik, nikmati saja. Cinta itu anugerah. Kita tidak minta untuk jatuh cinta, itu bisa terjadi begitu saja, selalu membuat hidup ini jadi berwarna dan indah. Asal kita tahu sampai sejauh mana batas yang boleh kita ambil. Kalau merasa bakalan tidak bisa mengontrolnya, ya STOP, jangan bermain api!

Keputusan untuk tetap bertahan pada komitmen awal atau tidak, ada di tangan pelaku masing-masing. Jangan bilang khilaf atau 'ada setan lewat', saat memutuskan untuk merusak komitmen awal kita. Itu jawaban paling tidak masuk akal dan tidak dewasa sama sekali. Apa pun itu, pilihan akhir tetap di tangan kita, lengkap dengan segala konsekuensi di belakangnya.

Batam, 15 September 2009, 13.43
- diambil dari berbagai sumber -

13 September 2009

My Hectic Days at Work


http://editorial.sidereel.com/Images/Posts/Hawthorne_pilot.jpg

Dua hari ini bener-bener seru banget kerjaku. Dari kemarin sebelum mulai jaga sore jam 14.30, perasaanku sudah nggak seperti biasa. Bawaannya bete melulu. Malessss banget rasanya mau mulai jaga. Batam yang beberapa hari ini hujan terus, tumben-tumbennya kemaren panas banget. Sinar matahari yang masuk lewat jendela kamarku (yang menghadap ke barat), membuat suasana dalam kamar jadi gerah. Kepalaku terasa ringan melayang, ngantuk jadinya. "Udah deh daripada nggak konsen jaga, mending merem bentar, ntar jam 17 baru muter bangsal," pikirku. Rencana sih tinggal rencana, ternyata lima belas menit sekali telepon dari ruangan berdering terus. Dok, pasiennya gini, Dok, pasiennya gitu. Alhasil, malah sakit kepalaku, terbangun terus.

Jam 16.10, dapat panggilan dari ruang intensif bayi, mengabarkan kalau pasienku mulai turun denyut jantungnya, saturasi oksigennya juga ... eng ing eng 'the horror time' mulai. Setengah ngantuk dan 'fly', aku segera turun ke ruangan. Pasien mungilku ini, lahir prematur di salah satu pulau sekitar Batam, dengan operasi karena ibunya preeklampsia berat (istilah awamnya 'keracunan kehamilan', tensi jadi tinggi karena kehamilannya, kaki bengkak, kadang bisa berlanjut jadi kejang kalau sudah jatuh dalam eklampsia, dst. dst. ... aliran darah ke janin jadi ikutan jelek). Dari lahir sudah gagal nafas (akibat prematuritasnya), jadi harus pakai alat bantu nafas di NICU. Sekian hari di sini, keadaannya makin memburuk, padahal kita sudah berusaha maksimal menanganinya. Setelah menerangkan ke keluarga, masuk obat-obatan 'life saving', resusitasi sekian menit, tetap nggak ada reaksi, akhirnya kunyatakan meninggal jam 17.08.

Setelah selesai mengantarkan malaikat kecil itu pulang ke surga, aku langsung lanjut keliling bangsal rawat inap. Ke ruang bayi sehat dulu ahhh ... menghilangkan mendung yang menguasai hatiku, akibat kematian pasien mungil tadi. Ehmmm ada yang lagi foto-foto dedek yang baru lahir di sana. Ternyata dia lahir pas jam 16.10, waktu si pasien NICU sebelah mulai jelek. Ironis banget ya? Keluarga yang satu sedang nangis-nangis ditinggal anaknya, keluarga yang lain lagi bersuka cita dengan kehadiran anggota keluarga yang baru. Ruangannya sebelahan pula hehe... itulah hidup, seperti sandiwara saja.

Ternyata sore kemarin banyak pasien yang dioperasi, mulai dari yang dengan batu saluran kemih, melahirkan dengan seksio, yang usus buntunya pecah, dll. Aku sempat memindahkan pasien dari ruang rawat inap biasa ke 'intermediate care unit' karena sesak berat. Selesai keliling bangsal rawat inap biasa, aku menuju ke ICU. Wuihhh ... ternyata sesorean ini sudah ada tiga orang yang masuk ke sana. Para perawat sibuk mondar-mandir, catat sana sini, telpon sana sini, melakukan tindakan ini itu ... nggak ada yang bisa 'dipegang ekornya' hahaha ...

Pasiennya yang satu anak-anak, habis kecelakaan, tulang tengkoraknya ada yang retak dan 'melesak' ke dalam sedikit. Cedera kepala, teriak-teriak setengah sadar. Ternyata tulang tangan kanannya juga patah. Malam itu rencananya mau dioperasi untuk mengembalikan posisi tulangnya. Pasien ke-2 dewasa, kejang terus menerus sejak masuk, asalnya congek (keluar cairan dari telinga akibat pilek lama sampai gendang telinganya bocor), sepertinya infeksinya menjalar ke selaput otak. Makanya kalau congekan jangan disepelekan deh ... aku sudah beberapa kali lihat kasus yang sama lho di sini. Satu lagi pasien serangan jantung.

Selama aku di sana, telepon dari UGD berdering terus, ternyata ... OMG !!! Di UGD sudah ada dua pasien lagi yang menanti untuk dinaikkan ke ICU. Mimpi apa aku semalam? Ternyata 'feeling so good', kebetean nggak jelasku dari awal jaga tadi sangat beralasan. Kebayang nggak, kemarin dalam satu shift sore bangsalku saja, ada lima pasien masuk ke ICU. Mesti mandi kembang tujuh rupa nih, lengkap sama bakar menyan, lanjut nyebur laut wkwkwk ... uedaaaannnn rekor deh jaga bangsal kemarin.

Ternyata kegilaan masih berlanjut lagi pagi ini. Mulai jaga jam 08.00 tadi pagi di UGD, sudah disambut dengan bisik-bisik perawat UGDku, " Dok, tau nggak tuh Abangnya pasien yang ada di ruang tindakan, tadi begitu datang langsung bilang, ' Saya angkatan, tangani adik saya ya!!!'" Buset dahhh ... sombong kali tuh orang. Entah adik atau pacarnya yang kecelakaan, saat itu sedang dijahit di ruang tindakan. Emangnya gue pikirin loe siapa haha ... Si Mas yang dimaksud masih umur 20 tahunan, paling juga masih baru masuk angkatan. Segitunya toh, Dek! Kalau sudah masuk ke UGD kita tuh, semua pasien sama rata, mau kamu Presiden sekalipun, pelayanan kami tetap sama dan sesuai prosedur.

Kita sering lho dapat pasien belagu seperti itu, kalau sudah begitu, kitanya juga harus super tegas menghadapinya. Lha gimana mau optimal nolong pasiennya, kalau keluarganya (yang notabene tidak berkepentingan) muter terus ikutan sibuk di dalam. Ya sibuk ngomel, ya sibuk mengomentari tindakan kita, ya sibuk panik ria. Saking tadi itu bukan pasienku. Kalau iya, pasti sudah kubilang, " Keluarga silahkan tunggu di luar, baru kita akan lakukan tindakan. Saya akan tunggu sampai semua keluar!" Gitu deh, gaya dr. Imel di saat tugas hahaha... Terserah mereka mau komentar atau protes ke 'customer care', aku nggak akan peduli. Yang penting kerja kita bisa optimal dan tetap sesuai prosedur.

Selama jaga UGD tadi pagi, aku memasukkan dua pasien ... lagi-lagi ke ruang intensif ... fiuuhhh ... satu dengan stroke perdarahan, satu lagi dengan asma berat sampai pasiennya gagal nafas. Begitulah kegiatanku sehari-hari. Sudah risiko memang, salah sendiri mau bekerja di RS rujukan hahaha ... Tapi senang kok, apalagi kalau bisa menolong pasien yang memang sudah mendekati ajal, sampai sadar dan dapat hidup kembali. Kepuasannya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Jadi dokter itu benar-benar menantang. Harus belajar seumur hidup, mempunyai hati dan mental yang baik, supaya tetap bisa bekerja secara profesional dan selalu 'care' dengan pasien. Kita dapat menyelamatkan nyawa orang, tapi juga dapat dengan mudah menghilangkan nyawa orang kalau sembrono bertindak. Mungkin itu bedanya dengan profesi lain ya. Makanya jangan heran kalau sekolahnya pun jauh lebih lama dibanding profesi lain. Karena selain belajar ilmunya, kita juga digembleng secara mental di pendidikan. Aku bangga dengan profesiku!

Batam, 13 September 2009, jam 17.07

11 September 2009

Cacat Bukan Halangan


http://images.uulyrics.com/cover/a/andrea-bocelli/album-the-best-of-andrea-bocelli-vivere.jpg

Sambil mendengarkan Andrea Bocelli menyanyi, sore ini aku iseng membuka biografi hidupnya di Wikipedia. Lahir di Lajatico, Tuscany, Italy, tahun 1968, dia ternyata dari kecil memang sudah menderita kelainan di matanya, glaukoma. Suatu kelainan tekanan dalam bola matanya, yang membuatnya pelan-pelan kehilangan penglihatan. Dia menjadi buta sama sekali pada suatu kecelakaan saat main bola.

Dari kecil dia sudah menyenangi musik. Mulai usia enam tahun, belajar piano, sebelumnya flute, saxophone, trumpet, trombone, harp, guitar, dan drum … woowww. Kita saja yang normal nggak sesemangat itu ya belajarnya hehehe … Dia selalu diminta menyanyi di berbagai pertemuan keluarga. Memenangkan kompetisi The Margherita d’Oro di Viareggio dengan O Sole Mio pada usia empat belas tahun.

Yang lebih hebat lagi, walaupun tuna netra (tidak bisa melihat), dia bisa menyelesaikan kuliahnya dan menjadi seorang pengacara di University of Pisa. Sampai saat ini sudah memenangkan berbagai penghargaan dalam berbagai kompetisi internasional dan menjadi salah satu ‘Best Italian Singer’ dan ‘Best Classical Interpretation’. Waaahhh hebat banget ya !

Jadi ingat waktu aku masih bekerja di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Semarang. Kepala sekolah Sekolah Luar Biasa (SLB) di sana, sangat bersemangat. Beliau sering mempromosikan anak-anak didiknya, beberapa di antaranya anak tuna netra. Mereka difasilitasi untuk membuat pertunjukan di mal, menyanyi, main keyboard, sampai membuat album rekaman sendiri lho. Jangan salah, mereka nggak minder dengan kemampuannya yang terbatas, justru sebaliknya sangat percaya diri dengan memperlihatkan sisi lain kelebihan yang mereka miliki.

Masa-masa itu, sungguh sangat berharga bagiku. Dapat mengenal orang-orang yang dengan tulus, mengabdikan dirinya buat mereka yang punya kekurangan fisik. Dapat ikut merasakan dan mengetahui beratnya hidup yang harus dijalani mereka yang menjadi dan berhubungan dengan anak yang berkebutuhan khusus.

Sebagian guru di SLB dan YPAC Semarang juga ‘lulusan’ sana. Kebanyakan dari mereka menderita polio saat kecil (saat masih banyak kasus tersebut). Sekarang sih katanya sudah nggak ada, berkat keberhasilan program imunisasi dasar pemerintah kita. Polio tidak mempengaruhi kepandaian seseorang, hanya kemampuan fisik mereka saat berjalan atau harus melakukan pekerjaan yang butuh ketrampilan yang halus.

Di sana ada tempat-tempat khusus yang diperuntukkan untuk terapi fisik, bicara, konsentrasi, musik, sampai bina mandiri agar anak-anak tersebut mendapat bekal ketrampilan untuk dapat hidup mandiri di masyarakat. Untuk mengerjakan aktifitas sehari-hari yang sederhana saja, seperti berdiri, berjalan, duduk, makan, ke kamar mandi, memakai baju dan celana sendiri, belum tentu mereka bisa. Belum lagi setelah mereka pubertas, karena kekurangannya, mereka lebih sulit mengontrol kebutuhan biologisnya dibanding orang normal. Lucu-lucu ceritanya, ada yang pacaran di bawah bangku, begitu guru SLBnya meleng hahaha … Ada yang patah hati, sampai sering melamun, ‘mellow’ berhari-hari, gara-gara surat cintanya nggak dibalas. Gimana mau dibalas, wong yang dikirimi artis terkenal. Badan boleh besar, tapi jalan pikiran dan kelakuan masih anak-anak sekali. Kalau tidak dijaga benar, mereka bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Bekerja dan berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus butuh kesabaran dan keahlian tersendiri.

Ada lho orang tua yang sampai tidak mau mengakui darah dagingnya yang cacat. Duhhh … padahal karena mereka juga, si anak lahir ke dunia. Mereka tidak minta dilahirkan, tidak meminta hidup dalam kecacatan. Anaknya tiga orang, cuma dibilang dua orang, yang pertama disembunyikan dari kenalan dan saudara karena cacat. Demi nama baik dan kehormatan. Menurutku justru orang tidak akan respek dengan cara mereka. Yah masih bagus, kalau mereka masih mau menyediakan sopir dan perawat untuk mengantar jemput si anak saat terapi di YPAC. Ini cerita beneran, dari mulut perawat si anak lho!

Di lain pihak , aku sangat salut dengan orang tua yang sanggup dengan sabar, mendampingi, dan mengantarkan anak mereka yang berkebutuhan khusus sampai dewasa. Terapinya bisa seumur hidup, apalagi kalau cacatnya berat dan ganda (misalkan buta dan tuli). Belum lagi kalau demam sedikit aja, pakai acara kejang … wuiihhh …

Aku sering ngobrol, mendengarkan curhat mereka, sambil merajut (salah satu hobiku) bersama di saat tidak ada pasien. Saling memberi semangat, menguatkan hati yang hampir putus asa harus menghadapi masalah hidup yang berat. Banyak kok anak berkebutuhan khusus yang bisa berhasil menjadi artis terkenal, pemain film, penyanyi, olah ragawan, dll. Tinggal bagaimana kita sebagai orang tua, pendidik, terapis, teman, saudara di sekeliling mereka, selalu memberi semangat, memupuk rasa percaya dirinya, menjaganya, serta memfasilitasi mereka. Kalau yang lain bisa, kenapa mereka tidak?

Mempunyai anak-anak yang normal, apalagi bagus dan pintar, merupakan anugerah yang tak ternilai.
Sudah sepatutnya kita selalu bersyukur atasnya, dan menjaga karunia ini dengan baik dan penuh tanggung jawab … Nggak terbayang deh, kalau kita harus menjadi salah seorang orang tua anak-anak tersebut.

Batam, 11 September 2009, 21.00