http://editorial.sidereel.
Dua hari ini bener-bener seru banget kerjaku. Dari kemarin sebelum mulai jaga sore jam 14.30, perasaanku sudah nggak seperti biasa. Bawaannya bete melulu. Malessss banget rasanya mau mulai jaga. Batam yang beberapa hari ini hujan terus, tumben-tumbennya kemaren panas banget. Sinar matahari yang masuk lewat jendela kamarku (yang menghadap ke barat), membuat suasana dalam kamar jadi gerah. Kepalaku terasa ringan melayang, ngantuk jadinya. "Udah deh daripada nggak konsen jaga, mending merem bentar, ntar jam 17 baru muter bangsal," pikirku. Rencana sih tinggal rencana, ternyata lima belas menit sekali telepon dari ruangan berdering terus. Dok, pasiennya gini, Dok, pasiennya gitu. Alhasil, malah sakit kepalaku, terbangun terus.
Jam 16.10, dapat panggilan dari ruang intensif bayi, mengabarkan kalau pasienku mulai turun denyut jantungnya, saturasi oksigennya juga ... eng ing eng 'the horror time' mulai. Setengah ngantuk dan 'fly', aku segera turun ke ruangan. Pasien mungilku ini, lahir prematur di salah satu pulau sekitar Batam, dengan operasi karena ibunya preeklampsia berat (istilah awamnya 'keracunan kehamilan', tensi jadi tinggi karena kehamilannya, kaki bengkak, kadang bisa berlanjut jadi kejang kalau sudah jatuh dalam eklampsia, dst. dst. ... aliran darah ke janin jadi ikutan jelek). Dari lahir sudah gagal nafas (akibat prematuritasnya), jadi harus pakai alat bantu nafas di NICU. Sekian hari di sini, keadaannya makin memburuk, padahal kita sudah berusaha maksimal menanganinya. Setelah menerangkan ke keluarga, masuk obat-obatan 'life saving', resusitasi sekian menit, tetap nggak ada reaksi, akhirnya kunyatakan meninggal jam 17.08.
Setelah selesai mengantarkan malaikat kecil itu pulang ke surga, aku langsung lanjut keliling bangsal rawat inap. Ke ruang bayi sehat dulu ahhh ... menghilangkan mendung yang menguasai hatiku, akibat kematian pasien mungil tadi. Ehmmm ada yang lagi foto-foto dedek yang baru lahir di sana. Ternyata dia lahir pas jam 16.10, waktu si pasien NICU sebelah mulai jelek. Ironis banget ya? Keluarga yang satu sedang nangis-nangis ditinggal anaknya, keluarga yang lain lagi bersuka cita dengan kehadiran anggota keluarga yang baru. Ruangannya sebelahan pula hehe... itulah hidup, seperti sandiwara saja.
Ternyata sore kemarin banyak pasien yang dioperasi, mulai dari yang dengan batu saluran kemih, melahirkan dengan seksio, yang usus buntunya pecah, dll. Aku sempat memindahkan pasien dari ruang rawat inap biasa ke 'intermediate care unit' karena sesak berat. Selesai keliling bangsal rawat inap biasa, aku menuju ke ICU. Wuihhh ... ternyata sesorean ini sudah ada tiga orang yang masuk ke sana. Para perawat sibuk mondar-mandir, catat sana sini, telpon sana sini, melakukan tindakan ini itu ... nggak ada yang bisa 'dipegang ekornya' hahaha ...
Pasiennya yang satu anak-anak, habis kecelakaan, tulang tengkoraknya ada yang retak dan 'melesak' ke dalam sedikit. Cedera kepala, teriak-teriak setengah sadar. Ternyata tulang tangan kanannya juga patah. Malam itu rencananya mau dioperasi untuk mengembalikan posisi tulangnya. Pasien ke-2 dewasa, kejang terus menerus sejak masuk, asalnya congek (keluar cairan dari telinga akibat pilek lama sampai gendang telinganya bocor), sepertinya infeksinya menjalar ke selaput otak. Makanya kalau congekan jangan disepelekan deh ... aku sudah beberapa kali lihat kasus yang sama lho di sini. Satu lagi pasien serangan jantung.
Selama aku di sana, telepon dari UGD berdering terus, ternyata ... OMG !!! Di UGD sudah ada dua pasien lagi yang menanti untuk dinaikkan ke ICU. Mimpi apa aku semalam? Ternyata 'feeling so good', kebetean nggak jelasku dari awal jaga tadi sangat beralasan. Kebayang nggak, kemarin dalam satu shift sore bangsalku saja, ada lima pasien masuk ke ICU. Mesti mandi kembang tujuh rupa nih, lengkap sama bakar menyan, lanjut nyebur laut wkwkwk ... uedaaaannnn rekor deh jaga bangsal kemarin.
Ternyata kegilaan masih berlanjut lagi pagi ini. Mulai jaga jam 08.00 tadi pagi di UGD, sudah disambut dengan bisik-bisik perawat UGDku, " Dok, tau nggak tuh Abangnya pasien yang ada di ruang tindakan, tadi begitu datang langsung bilang, ' Saya angkatan, tangani adik saya ya!!!'" Buset dahhh ... sombong kali tuh orang. Entah adik atau pacarnya yang kecelakaan, saat itu sedang dijahit di ruang tindakan. Emangnya gue pikirin loe siapa haha ... Si Mas yang dimaksud masih umur 20 tahunan, paling juga masih baru masuk angkatan. Segitunya toh, Dek! Kalau sudah masuk ke UGD kita tuh, semua pasien sama rata, mau kamu Presiden sekalipun, pelayanan kami tetap sama dan sesuai prosedur.
Kita sering lho dapat pasien belagu seperti itu, kalau sudah begitu, kitanya juga harus super tegas menghadapinya. Lha gimana mau optimal nolong pasiennya, kalau keluarganya (yang notabene tidak berkepentingan) muter terus ikutan sibuk di dalam. Ya sibuk ngomel, ya sibuk mengomentari tindakan kita, ya sibuk panik ria. Saking tadi itu bukan pasienku. Kalau iya, pasti sudah kubilang, " Keluarga silahkan tunggu di luar, baru kita akan lakukan tindakan. Saya akan tunggu sampai semua keluar!" Gitu deh, gaya dr. Imel di saat tugas hahaha... Terserah mereka mau komentar atau protes ke 'customer care', aku nggak akan peduli. Yang penting kerja kita bisa optimal dan tetap sesuai prosedur.
Selama jaga UGD tadi pagi, aku memasukkan dua pasien ... lagi-lagi ke ruang intensif ... fiuuhhh ... satu dengan stroke perdarahan, satu lagi dengan asma berat sampai pasiennya gagal nafas. Begitulah kegiatanku sehari-hari. Sudah risiko memang, salah sendiri mau bekerja di RS rujukan hahaha ... Tapi senang kok, apalagi kalau bisa menolong pasien yang memang sudah mendekati ajal, sampai sadar dan dapat hidup kembali. Kepuasannya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Jadi dokter itu benar-benar menantang. Harus belajar seumur hidup, mempunyai hati dan mental yang baik, supaya tetap bisa bekerja secara profesional dan selalu 'care' dengan pasien. Kita dapat menyelamatkan nyawa orang, tapi juga dapat dengan mudah menghilangkan nyawa orang kalau sembrono bertindak. Mungkin itu bedanya dengan profesi lain ya. Makanya jangan heran kalau sekolahnya pun jauh lebih lama dibanding profesi lain. Karena selain belajar ilmunya, kita juga digembleng secara mental di pendidikan. Aku bangga dengan profesiku!
Batam, 13 September 2009, jam 17.07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar