01 Februari 2010

Terjun Pertamaku

The Tower

Untuk mengisi liburan yang hanya sehari, minggu lalu, kami sekeluarga mencoba beberapa wahana baru di Pulau Sentosa, Singapura. Salah satunya "Parachute Jump". Melompat atau lebih tepatnya melangkah terjun dari ketinggian kurang lebih 15 m. Dengan atribut lengkap dan tali yang harus dipakai sebagai pengaman.

Sebelumnya kami harus menaiki puluhan anak tangga, untuk mencapai ketinggian tersebut. Seorang petugas sudah menunggu di atas untuk memberi pengarahan apa saja yang harus kami lakukan. Dia juga memeriksa sekali lagi tali-tali dan sambungannya di badan kita.

Sambil menunggu giliran terjun, anakku tak henti-hentinya berkata, "Mama, kok Nanda jadi sakit kepala ya? Mual." Aku yang sebenarnya juga takut ketinggian, tapi karena sudah kepalang tanggung, nggak mungkin "balik kucing" (batal dan turun kembali), berusaha menenangkannya. Sambil tersenyum tenang (hasil latihan kalau harus menghadapi pasien gawat di RS). "Udah, Mama terjun yang pertama deh. Kalo Mama bisa, Nanda pasti bisa juga. Ntar Daddy yang terakhir ya," seruku mantap.

Jantungku berdebar kencang, keringat dingin membasahi kening meski cuaca tidak begitu panas dan angin lumayan kencang di atas. Benar-benar grogi, apalagi ini pengalaman pertamaku. Dalam pikiranku cuma, "Semoga cepat selesai, sekarang atau nggak sama sekali. Toh sekarang atau nanti tetep harus terjun juga."

Aku melangkah ke pinggir tempat terjun, perlahan tapi pasti. "Jangan lihat ke bawah!" begitu seru Si Instruktur. Tapi tak tahan karena penasaran, tetap kulirik sedikit dasar tempatku terjun nanti. Wuihhhh ... tinggi sekali !!! Aku sudah pasrah, apa pun yang akan terjadi.

Dengan mengikuti aba-aba Sang Instruktur, pada hitungan ketiga, aku melangkah sambil menutup mata. Pijakkanku hilang, aku benar-benar terjun. Isi perut dan hatiku serasa tertinggal di atas. Sepersekian detik aku sudah memijakkan kakiku kembali di daratan ... dengan selamat ... Rasanya? Jangan ditanya, seolah berabad-abad. Horeeee ... Aku berhasil ! Benar-benar pengalaman yang sungguh luar biasa. Dengan masih gemetaran, aku berjalan mencari tempat duduk untuk menunggu Nanda terjun berikutnya sambil memberinya semangat.

Nanda setelah melihatku terjun, dia pun jadi berani melakukannya. Kusambut di bawah dengan tepukan dan pujian. Kurasakan jantungnya berdegup kencang seperti mau copot hahaha ... Dia bangga sekali akan keberaniannya. Daddy menyusul berikutnya dengan sukses.

Pelajaran yang dapat diambil darinya :

1. Hidup adalah kumpulan dari risiko. Keberanian untuk mengambil risiko, melepaskan diri dari zona keamanan itulah yang membuat manusia menjadi "benar-benar hidup, bukan hanya semata-mata hidup" dan dapat mencapai impian-impiannya.

2. Apa pun pilihan kita, selalu disertai konsekuensi di belakangnya. Persiapan matang, penuh perhitungan, cek dan ricek harus selalu dilakukan untuk meminimalisir konsekuensi negatifnya.

3. Ketakutan akan sesuatu hanya akan mempengaruhi kita sejauh yang kita izinkan. Kalau kita berpikir "Saya bisa", saya akan bisa melakukannya, begitu juga sebaliknya.

Jadi ... sampai jumpa di petualangan berikutnya ... ehmmm "Flying Fox" 450 m !!!

Batam, 2 Februari 2010, 10.05

Sumber gambar : http://www.seriouslysarah.com/blog/2009/08/19/megazip-at-sentosa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar