14 November 2009

Bila Saat Itu Tiba

http://ragaabhinaya.sulekha.com/mstore/ragaabhinaya/albums/default/tears.jpg

“Tidakkk, kenapa dengan anak kita, Pa? “
“Dia tidak mungkin meninggal”
Begitu teriakan seorang ibu di tengah senyapnya UGD-ku sore itu.
Gedebrug … Semua terpaku, waktu serasa berhenti sejenak.
Ibu yang malang itu pun pingsan dengan sukses.
Ramai-ramai digotong ke tempat tidur, kaki ditinggikan, pasang selang oksigen di hidungnya.
Nggak berapa lama sadar, langsung teriak-teriak lagi mamanggil nama anaknya.

*beberapa jam sebelumnya*

Pintu UGD terbuka mendadak.
“Dok, tolong, ada kecelakaan !!!” teriak seorang pria.

Pasien laki-laki, berseragam SMP, usianya baru 14 tahun, datang dalam keadaan tidak sadarkan diri, nafas satu-satu. Tidak tampak luka parah di tubuhnya. Bersih tidak berdarah-darah seperti kecelakaan pada umumnya. Hanya terlihat lecet-lecet kecil di beberapa tempat.

Waktu diperiksa, ternyata ada darah di jalan nafas, segera dibersihkan dengan suction dan dipasang selang nafas dari mulut langsung ke paru. Nadi sangat lemah, jumlah denyutnya kurang dari normal. Tak berapa lama, pasien tersebut henti nafas. Dokter dan perawat melakukan segala cara untuk menyelamatkannya. Pijat jantung, obat-obatan diberikan selama hampir satu jam. Respon tetap tidak ada. Akhirnya dinyatakan meninggal di hadapan perawat.

Kenapa di depan perawat? Ternyata kecelakaan terjadi saat pulang sekolah, dia ditemukan tergeletak di pinggir jalan dalam keadaan tak sadar kurang lebih 30 menit sejak kejadian. Sampai akhirnya ada seseorang yang iba, mangantarkannya ke RS. Orang tua baru bisa dihubungi setelah pihak sekolah datang. Malangnya nasibmu, Dek. Mungkin terjadi benturan yang sangat keras di kepalanya, yang membuat langsung tak sadarkan diri, henti nafas, dan langsung meninggal tak tertolong.

Orang tua mana yang tidak nyaris gila, mengalami kejadian di atas. Siapa yang harus disalahkan? Tuhan? Yang memberikannya motor? Yang menabrak? Berpisah dengan orang yang dicintai merupakan suatu penderitaan. Tapi siap atau tidak, suatu saat pasti terjadi pada diri kita. Hal ini harus kita sadari sejak awal. Semua makhluk tidak akan terhindar dari proses lahir, tua, sakit, dan mati. Termasuk kita sendiri. Sedih, pasti … but life must go on. Meski kita menangis darah, orang yang sudah meninggalkan kita, tidak akan kembali. Waktu yang akan menyembuhkan luka di hati ...

Batam, 14 November 2009, pukul 18.16

29 Oktober 2009

Belajar Bersyukur dari Sekolah Kehidupan

http://www.screensaversonly.com/wallpaper/file25xktk2i31h4pdojwy32r2b55H_27615Baby%2015_8432.jpg

Beberapa hari ini banyak peristiwa yang terjadi di sekelilingku. Ada bayi yang lahir dengan cacat bawaan, sumbing di langit-langit mulut. Dari lahir sudah harus dipasang selang ke lambung untuk minum, supaya tidak tersedak. Entah bagaimana, dia akhirnya dibawa ke RS karena tersedak susu, masuk ke paru. Beberapa kali henti nafas sampai biru dan harus memakai mesin bantu nafas. Beberapa hari dirawat, keadaan sudah membaik, tapi dia belum dapat sepenuhnya lepas dari alat. Orang tua sudah habis-habisan, soalnya tak ditanggung perusahaan tempat kerja, karena penyebabnya kelainan bawaan. Akhirnya dengan sangat berat hati, meski sayang sekali dengan buah hati mereka, minta pasien dipulangkan. Sudah ditawarkan untuk alih rawat ke RS pemerintah, tapi untuk itu pun mereka sudah tak mampu. Duhhh … ingin nangis rasanya melihat ketabahan dan keikhlasan orang tuanya. Aku yang memasukkan pasien tersebut ke bangsal, beberapa kali melihat dan kontak dengannya saat jaga bangsal. Jangan tanya bagaimana perasaan ini.

Di bangsal lain, ada seorang bapak yang punya keluarga yang sangat menyayangi dan penuh perhatian padanya. Dia tidak berdaya dengan kanker ganas yang menggerogoti usus. Masa hidup sudah divonis tinggal beberapa bulan. Kesakitan hebat berulang kali, sampai harus masuk penghilang rasa nyeri yang paling kuat, morfin. Sebenarnya dia sudah dioperasi untuk mengangkat tumor, tapi menolak untuk dipasang anus buatan di perut. Ya itu hak dia, tapi masalah yang timbul kemudian, karena tumornya itu, risiko usus yang melengket berulang, akan sering terjadi. Dia kesakitan karena aliran dalam usus tidak berjalan semestinya, tidak bisa makan minum.

Di hari lain lagi, ada seorang ibu yang baru melahirkan anak ke-2. Anak yang pertama meninggal, anak ke-2 yang sangat diharapkan ternyata lahir cacat. Kedua kaki bengkok, lidahnya kecil cenderung jatuh ke belakang menutupi jalur makanan, kemungkinan akan sulit menghisap ASI dari payudara Sang Ibu, jadi pemberian minum susu harus dengan sendok sedikit demi sedikit, supaya tidak tersedak. Sepertinya ada kelainan di persarafan juga.

Di tempat yang berbeda, ada seorang laki-laki, masih berusia produktif, yang merusak hidupnya sendiri dengan memakai narkoba. Dia datang dengan mulut berjamur, demam tidak turun-turun, batuk lama, dll … kumpulan gejala yang biasa timbul pada pengidap HIV – AIDS.

Betapa ironis hidup ini. Di satu sisi ada orang yang harus berjuang hanya demi memperpanjang hidup, berusaha melewati masa-masa akhir hidupnya. Tapi terbentur masalah ekonomi, hanya bisa pasrah. Walau kenyataan pahit sudah menanti harus menghadapi vonis sisa waktu yang sudah jelas tergambar di depan mata. Di sisi lain, ada yang dengan begitu saja menyia-nyiakan anugerah kesehatannya, untuk kepuasan semu sesaat. Itulah hidup, banyak peristiwa di dalamnya yang sering tidak sejalan dengan apa yang kita harapkan. Aku bersyukur, dengan profesiku saat ini, diberi kesempatan untuk banyak belajar darinya.

Ada seorang rekan, saat kami jaga malam bersama, bercerita. Di salah satu sesi acara Mario Teguh beberapa waktu yang lalu, dia pernah membahas mengenai orang-orang yang karena tuntutan profesi, harus bekerja di malam hari. Di saat yang lain bisa tidur dengan nyenyak di peraduan. Mereka, yang sebenarnya juga mempunyai keluarga yang harus diurus, harus begadang merawat orang di RS, siap sedia menjaga keamanan, atau menerima panggilan bila ada kebakaran yang harus ditangani di suatu tempat. Mungkin selama ini tidak pernah terpikir di benak kita, kenapa kita yang harus menjalani hal ini, bukan orang lain? Pernahkah terpikir seharusnya kita bersyukur untuk hal ini, karena kita adalah orang terpilih, yang dipercaya mampu untuk menjalaninya. Selama ini seringkali kita mengeluh soal kerjaan, soal situasi kerja yang menyebalkan, tentang atasan atau bawahan yang nggak ngerti maunya gimana. Termasuk aku sendiri, juga masih sering seperti itu. Wah, seolah dihadiahi tamparan keras, diriku saat itu. Sadar, Mel !!!

Coba kalau kita mau melihat sisi positif dari tiap peristiwa yang terjadi, lebih banyak bersyukur atas yang sudah kita miliki saat ini. Banyak orang di luar sana yang boro-boro bisa menabung, bekerja mencari sesuap nasi saja belum tentu bisa. Boro-boro mau jalan-jalan, untuk berjalan saja belum tentu punya kaki, untuk melihat saja, belum tentu matanya nggak cacat. Untuk menjalani hidup seperti orang pada umumnya saja tidak bisa, karena sakit-sakitan. Makasih ya, pren, kamu sudah mengingatkanku kembali soal ini. Pembicaraan malam itu benar-benar berarti bagiku.

Batam, 30 Oktober 2009, jam 12.26

26 Oktober 2009

Meditasi Salah Satu Pilihan Terapi Kelainan Psikosomatis


http://gozaru.0fees.net/source/panda%20lagi%20meditasi.jpg

Aku pernah mendapat seorang pasien, sebut saja namanya, Ny. X, usia 32 tahun. Dia berulang kali mengunjungi RS-ku . Hari ini dia sakit kepala, hari lain sakit perut dan ulu hati sampai muntah-muntah, di hari lain lagi punggungnya sakit. Itu kubaca dari riwayat penyakitnya dari awal dia berobat sampai sekarang. Begitu banyak keluhan yang diutarakannya. Sudah banyak pula macam dokter yang dia datangi, tapi seolah penyakit selalu datang silih berganti. Hasil pemeriksaan fisik yang kudapat tidak seheboh keluhan-keluhan yang dirasakan oleh Ny. X sendiri. Sebenarnya apa sih yang terjadi dengan Ny. X?

Setelah kugali informasi lebih jauh, ternyata Ny.X dulunya merupakan wanita karier yang lumayan sukses. Tapi sejak menikah dan mempunyai momongan, dia memutuskan berhenti kerja, tinggal di rumah, murni mengurus buah hati dan pekerjaan rumah tangga saja. Dia sering merasa rindu dengan suasana kerjanya di kantor. Hal ini tidak pernah dikatakan ke suaminya, karena memang itu sudah keputusan dia sendiri. Dia merasa sangat tidak nyaman karena harus bergantung sepenuhnya secara materi kepada Sang Suami. Semua harus seizin pasangan. Ini sedikit banyak membuatnya frustasi.

Ini merupakan salah satu contoh kasus kelainan psikosomatis, yaitu beberapa penyakit fisik yang disebabkan karena komponen mental dari stres sehari-hari. Kelainan yang timbul bisa mulai dari nyeri punggung, tekanan darah tinggi, nyeri lambung yang menahun, diare terus menerus, dll.

Yang harus diperbaiki, selain kelainan fisik sebagai akibat, terutama adalah sumber masalahnya, stres. Cara menghadapi stres masing-masing orang berbeda. Itu semua tergantung dari kepribadiannya, latar belakang agama, budaya. Manajemen stres yang cocok buat suatu kasus belum tentu cocok untuk kasus lain.


Salah satu yang bisa dicoba dan bersifat universal adalah meditasi. Meditasi yang paling mudah dan tidak memerlukan konsentrasi pada hal-hal khusus, adalah meditasi cinta kasih. Pelaku diarahkan untuk membangkitkan perasaan cinta kasih dan belas kasihan tanpa terfokus pada objek tertentu. Bisa juga dengan memperhatikan objek tertentu, seperti keluar masuknya nafas alami kita, gerak langkah kita saat berjalan, dll. Salah kaprah kalau ada yang bilang meditasi sama dengan melamun, justru kita berlatih untuk memusatkan perhatian.

Selain efeknya yang menyenangkan, membuat kita menjadi orang yang dapat menghadapi suatu perubahan yang membawa penderitaan dengan lebih fokus dan tenang. Belajar melepaskan ikatan-ikatan buruk, rasa marah, rasa benci, rasa gelisah dari ingatan-ingatan masa lalu, waktu kecil, dewasa, saat sekarang dan menggantikan dengan ketenangan, sadar, dan bijaksana sehingga menjadi lebih bahagia.

Seperti pada kasus Ny. X di atas, sebaiknya dia belajar menerima peran dan pilihan dia saat ini. Setelah berlatih meditasi, jadi lebih tenang dan bijak melihat sisi baiknya, daripada terus menerus merasa tertekan dan frustasi. Toh itu tidak akan membuatnya lepas dari masalah. Dengan pikiran yang lebih jernih, dia dapat menceritakan kegelisahannya ke suami agar didapat solusi yang lebih pas. Misalkan mencari pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah, kembali punya penghasilan sendiri, tapi bisa sambil mengurus anak.

Dari berbagai penelitian, meditasi juga dapat menghasilkan perubahan-perubahan menetap di otak. Aktivitas otak di daerah yang berhubungan dengan pengetahuan dan kebahagiaan jauh lebih besar dibanding mereka yang tidak praktek meditasi. Dengan rekaman Electro Encephalo Grams (alat yang dipasang di kepala untuk mengukur aktivitas otak, yang tergambar dari berbagai macam bentuk gelombang), ternyata gelombang gamma yang melibatkan proses-proses mental termasuk perhatian, ingatan, pengetahuan, serta kesadaran , meningkat secara dramatis saat kita bermeditasi.

Yuk, kita mulai bersama, cukup luangkan lima belas menit saja (dari dua puluh empat jam sehari waktu kita), sebelum memulai kegiatan apa pun setelah bangun tidur. Kalau dapat lebih lama dan rutin, tentu jauh lebih baik. Masalah dalam kehidupan akan selalu ada, perubahan pasti akan terjadi terus menerus. Baik yang membawa kebahagiaan atau penderitaan. Secara mental kita harus selalu siap menghadapinya. Dari pada kena kelainan psikosomatis, harus minum macam-macam obat penenang, kan tidak ada salahnya kita coba berlatih meditasi yang notabene gratis dan dapat dilakukan sendiri, kapan pun mau. Tinggal memupuk semangat dan niat saja. Semoga bermanfaat !

Batam, 27 Oktober 2009, pukul 11.17
*diambil dari berbagai sumber*

23 Oktober 2009

Kecantikan Fisik vs Inner Beauty


www.brideonline.com.au/...
/images/img2.jpg

Semalam aku ngobrol dengan rekan-rekan perawat jaga UGD. Kebetulan yang jaga banyak yang lelaki hari ini. Aku melemparkan pertanyaan,”Kalo kalian liat cewek pake baju kurang bahan, apa pendapat kalian?” Rata-rata jawabannya, “Wah ya seneng dong, pemandangan indah gratis nggak boleh ditolak. Apalagi kalau ceweknya seperti Luna Maya hehe … siapa yang nggak ngiler?”
“Kalo misalkan kalian demen sama cewek itu, akankah untuk jangka panjang atau sesaat?”, tanyaku lagi.
“Sesaat !” Rata-rata begitu jawaban yang kudapat dari mereka, sebagian menjawab,"Tergantung sikap dan kepribadiannya yang terlihat setelah kenal."
“Apa sih yang kalian cari dari seorang calon pasangan hidup?” (selain jawaban di atas)
“Nyambung nggak denganku saat diajak ngobrol”
“Sama nggak prinsip-prinsip hidupnya denganku”

Fisik memang dapat menarik perhatian lawan jenis di awal, untuk menoleh ke kita. Tapi setelah itu yang dilihat pasti hal-hal yang lebih dalam dari itu. Banyak perempuan atau laki-laki yang berusaha mati-matian untuk berdandan, mengejar kesempurnaan fisik, demi pendapat orang tentangnya. Sebenarnya penting nggak sih?

Menurutku merawat diri tetap perlu dilakukan, wajib malahan hukumnya. Mulai saja dengan makan makanan yang bergizi, istirahat cukup (yang ini masih sulit kulakukan hehe ...), banyak minum air putih, dan berolah raga. Tujuannya bukan demi memuaskan mata lawan jenis, tetapi terutama demi kesehatan kita sendiri. Mobil saja harus dirawat supaya awet dipakai bertahun-tahun, apalagi badan kita. Mobil bisa hanya dipakai sesekali, badan kita kan setiap saat terpakai. Di saat tidur sekali pun.



Dandan, tampil elegan dan seksi … hmmm kenapa nggak, kalau memang body mendukung. Asal tidak berkesan murahan dan sesuai sikon. Karena kesan pertama sangat penting, baik di pergaulan mau pun tempat kerja. Tapi tidak perlu berlebihan. Nggak perlu menor sampai seperti topeng monyet. Yang penting rapi dan enak dilihat. Make up hanya berfungsi untuk menutupi kekurangan fisik kita dan menonjolkan kelebihannya. Atau berpakaian kurang bahan sampai pakaian dalamnya kemana-mana. Kelihatan pusernya, tapi pusernya nggak pernah dibersihin ... wadoowww... yang lihat langsung ill feel.

Terbayang nggak, kalau suami kita pulang, kitanya selalu pakai daster yang bau asap dapur, muka masih kemilau berminyak, rambut masih awut-awutan dengan rol di sana sini. Atau nggak pernah menjaga badan, biar saja gembrot, toh sudah laku. Waaahhhh setan aja ngabur kali hahaha … apalagi pasangan hidup kita. Nggak salah lho, kalau kemudian si dia pindah ke lain hati, lihat teman kantornya yang cantik-cantik. Juga sebaliknya dengan lelaki yang gendut, bau rokok plus keringat asem seperti paman-paman, nggak pernah cukuran, rambut gondrong nggak keurus, sudah begitu rupanya jelek lagi hahaha ... Ngomongnya nggak mutu pula. Kapan lakunya?

Wangi perlu dong ! Mandi minimal dua kali sehari, apalagi kalau bau badannya cepat timbul. Rajin menyikat dan merawat gigi untuk terhindar dari ompong dini dan bau mulut yang membuat orang menutup hidung. Nggak perlu sampai pakai minyak nyong-nyong sebotol. Yang penting nggak bau saja, yang notabene ada banyak kuman di situ.

Fisik yang sehat akan selalu enak dipandang, apalagi ditunjang dengan hati dan pikiran yang sehat. Keindahan fisik bisa lapuk dimakan usia, kecantikan dan ketampanan tidak kekal. Tapi selama seseorang hati dan pikirannya selalu bersih, terjaga dengan baik, punya prinsip hidup dan sikap yang oke, smart, enak diajak ngobrol. Orang-orang tidak akan meninggalkannya. Dia akan selalu dinanti, dirindukan banyak orang, kapan pun dan di mana pun dia berada. Lebih sulit untuk tidak jatuh cinta pada orang jenis ini. Jadi dari pada hanya jadi objek nafsu sesaat, bukankah lebih baik selalu mengasah inner beauty yang bisa jadi modal jangka panjang kita?

Batam, 24 Oktober 2009, jam 03.25
... lagi jaga malam UGD ...

17 Oktober 2009

Antara Tahwa dan Dirimu


Suapan tahwa pertama masuk ke mulutku

Kuteringat akan dirimu

Di manakah gerangan kau yang dulu kupuja

Yang pernah mengisi hari-hari indahku

Aku merindukanmu


Suapan kedua, kurasa kelembutannya

Kuteringat padamu sekali lagi

Hatimu yang lembut telah meluluhkan hati ini

Sesuatu yang selalu membuatku kagum padamu

Hari-hari indah yang pernah kita lalui bersama


Suapan ketiga, kurasa kehangatan menyentuh kerongkonganku

Kuteringat sentuhan jemarimu

Hangat pelukmu di antara sepinya hatiku

Kelembutan bibirmu saat menyentuh bibirku

Meski kau tak lagi berada di sini


Suapan keempat, rasa manis menyentuh lidah ini

Aku teringat kembali senyum manismu

Ucapan-ucapan sayang di antara kita

Rencana-rencana yang pernah kita buat

Merajut masa depan yang indah


Suapan kelima, kurasakan pedasnya kuah jahe

Air mataku meleleh tak tertahan lagi

Kenapa kau tega meninggalkanku

Demi dia yang belum tentu mencintaimu sebesar cintaku

Saat hati ini sudah kuserahkan dan menjadi milikmu sepenuhnya


Tak kulanjutkan lagi suapan-suapan berikutnya

Aku tak sanggup meneruskannya

Hatiku terlalu sakit, pedih sekali

Seolah tersayat ribuan sembilu



Batam, 17 Oktober 2009, jam 19.02

… mbrebes mili gara-gara tahwa cap ratu …

08 Oktober 2009

Tarian Tengah Malam



Fall for Dance 2006 - Alonzo King's Lines Ballet - The MOROCCAN Project
Photo © & courtesy of Marty Sohl


Menarilah denganku, duhai pangeranku

Di bawah rembulan merah, dalam pelukan sang dewi malam

Berteman kilau bintang yang sedang bermain mata

Dalam alunan lagu cinta, mengharu kalbu

Biar detak waktu menjadi diam, membisu, menghentikan langkah

Hanya ada diriku dalam pelukmu

Bersatu cinta, jiwa, dan nafas ini

Wahai pujaanku, oh pangeran hatiku

Saat ini, sekarang, selamanya ...


Batam, 9 Oktober 2009, 03.43

04 Oktober 2009

Renungan Tahun ke-34


"Bikin acara apa hari ini? Kapan nih pestanya? Kapan makan-makannya?"

Pertanyaan itu berulang kali ditanyakan padaku dari kemarin. Sebenarnya apa sih keistimewaan hari ulang tahun? Bukannya tiap detik, tiap menit, tiap jam, tiap bulan, kita juga bertambah umur? Matahari tetap terbit di Timur, tenggelam di Barat. Sehari tetap 24 jam, nggak akan nambah atau kurang. Kita tetap harus bangun, melakukan aktivitas yang sama. Terus kenapa mesti dibikin acara khusus? Menurutku dari pada pesta pora yang nggak jelas, lebih baik kita ambil waktu sejenak buat merenung. Look insight ourself.

Aku bersyukur, sampai hari ini masih bisa tetap bernafas, hidup sehat tanpa cacat. Punya orang tua dan keluarga yang baik dan sayang padaku. Teman-teman yang penuh perhatian. Karir yang lumayan, hidup berkecukupan, meski tidak berlebih. Masih bisa makan kenyang tiga kali sehari, tidur nyenyak. Tidak diliputi ketakutan. Itu semua hal-hal yang patut disyukuri, tidak semua orang memilikinya.

Tapi kenapa pula dari kemarin hatiku tak tenang? Di satu sisi senang, tapi di lain sisi juga bersedih. Banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran ini, "Kalau saja saat ini tiba-tiba aku lenyap dari muka bumi ini, adakah orang yang benar-benar merasa kehilangan? Apakah aku cukup berarti? Sudahkah bekal ini cukup bila saat itu datang? Apa yang sudah kuberikan pada orang tua, keluarga, teman, lingkunganku? Apa sebenarnya yang kuinginkan di dunia ini? " Ini membuat hatiku terasa miris, aku menangis diam-diam, aku merasa kecil, tak berarti. Ada lubang besar di hati ini, tanpa bisa kucegah.

Semoga di tahun mendatang ini, aku bisa berbuat lebih baik, bersikap lebih baik dan dewasa. Menabung karma baik lebih banyak. Semoga dengan karma baik yang sudah kutanam sebelumnya, aku berbahagia, orang tuaku berbahagia, keluarga dan teman-temanku berbahagia, semua makhluk hidup baik yang tampak maupun tak tampak juga berbahagia. Semoga kami dapat selalu mempertahankan kebahagiaan kami masing-masing ...

Batam, 4 Oktober 2009, 10.38