25 September 2009

First Love Never Die ...


Josh : ‘Aku bingung …’


Jill : ‘Kenapa?’


‘Hatiku kacau balau … kenapa di saat aku mulai bisa melupakannya, dia muncul kembali? Di waktu dan tempat yang salah.’


Hening sejenak … Sayup-sayup terdengar alunan musik lembut dari dalam gedung. Angin di balkon semilir menerpa wajah kami. Lampu-lampu gemerlap terlihat dari kejauhan, indah sekali. Josh dan aku sedang berada di pesta pernikahan seorang teman, yang merupakan teman baik kami bedua. Kami didaulat untuk menjadi pengapit mempelai, aku berpasangan dengannya. Sudah lama tidak bertemu. Seseorang yang pernah kukagumi diam-diam. Kami berpisah karena aku mengikuti orang tua yang pindah ke Jakarta.



‘Di saat aku sudah mulai bisa melupakannya, berusaha menemukan penggantinya.’

Pandangan mata itu tampak sedih, jelas sekali kegalauan hatinya.

‘Sejak kehadirannya kembali, semua jadi serba salah, tidur salah, makan salah, kerja salah.’


Seandainya … seandainya … siapa sih perempuan yang sangat beruntung, mendapat cintamu yang begitu dalam? Andai kau belum ada yang punya … duhhh. Aku minum sedikit wine dari gelas yang kupegang. Sambil memainkan hiasan bunga di pergelangan tanganku. Gaun panjang warna putih tulang yang kupakai memang sedikit tak nyaman. Tapi aku menyukainya, potongan lehernya yang berbentuk sabrina, hiasan bunga-bunga kecil berwarna lembut di bagian dada dan pinggang. Rambutku disanggul ke atas, dengan hiasan bunga-bunga kecil senada, dengan sedikit anak rambut yang dibiarkan terjatuh, mempercantik leherku yang jenjang. Anggun sekali. Yang nggak tahan sepatu hak tinggi ini, kakiku lelah sekali dibuatnya.


Kupandangi wajahnya yang galau. Dia sangat tampan dalam potongan jas putih itu. Tubuhnya tinggi dengan dada yang bidang, perawakan sedang. Rambut hitam yang sedikit ikal tersisir rapi. Hmmm … bau parfumnya macho banget, campuran rempah-rempah yang segar. Membuatku ingin dekat-dekat dengannya. Aku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. ‘Kamu kedinginan, Jill? Nih pake jasku aja,’ katanya sambil melepaskan jas tersebut. Wuahhhh kebeneran … ngarep … hehehe.


‘Kamu tidak memberitahukannya isi hatimu? Tidak ada kata terlambat.’


‘Saat ini sudah tidak bisa dan tidak boleh, aku tidak mau membuatnya bimbang. Aku tidak mau menjadi orang yang egois. Terlalu besar cintaku, untuk melakukannya. Bukankah cinta tidak harus memiliki?’


‘Bodoh kamu, Josh. Gimana dia bisa mempertimbangkanmu kalau kamu tidak pernah ngomong ke dia?’


'Aku kaget waktu dia memberitahuku kalau akan menikah dan memintaku untuk menjadi salah satu pendamping pengantin. Aku tidak sanggup menolak, karena ini kesempatan terakhirku untuk melihatnya ... sebelum dia menjadi milik orang lain.’


Aku berusaha menutupi kekagetanku, ternyata perempuan beruntung itu Sally, pengantin wanita di pernikahan ini. Pantas dia selalu gelisah setiap berdekatan dengannya. Kupikir awalnya hanya grogi karena tidak terbiasa menjadi pengapit. Makanya setelah selesai bertugas, saat dia mengajakku ke luar mencari udara segar, aku mengikuti.


Dia bercerita, bahwa Sally merupakan cinta pertamanya. Di saat usia masih belia, mereka sempat jalan bersama secara diam-diam selama beberapa bulan. Tapi akhirnya Sally memilih berpisah karena hubungan mereka tetap tidak disetujui orang tua. Selulus SMU, mereka terpisah, kuliah di kota yang berbeda. Menjalani hidup masing-masing.


‘Aku tidak bisa melupakannya, meski sudah beberapa kali berganti pasangan. Selalu ada satu tempat di ruang hati ini, yang tidak tergantikan oleh yang lain. Sampai kapan pun.’


But life must go on, Josh, kalau kamu sudah memilih untuk melepaskan dan membiarkannya menjadi milik orang lain, kamu harus konsekuen. Semua pilihan ada konsekuensinya. ‘


***


Once in a while

You are in my mind

I think about the days that we had

And I dream that these would all come back to me

If only you knew every moment in time

Nothing goes on in my heart

Just like your memories
How I want here to be with you

Once more


You will always gonna be the one

And you should know

How I wish I could have never let you go

Come into my life again

Oh, don't say no

You will always gonna be the one in my life

So true, I believe I can never find

Somebody like you

My first love


***


Lagu ‘First Love’ Utada Hikaru terdengar dari kejauhan, kusentuh tangannya lembut. ‘Masuk yuk, dingin lama-lama di sini.’ Masih ada aku di sini, perempuan lain yang diam-diam mengagumimu. Akan kuhapus luka hatimu. Meski aku tahu, namanya akan selalu ada di sana, tapi … tunggu saat itu tiba, akan kuisi ruangan lain yang tersisa dengan namaku … I promise


***


Once in awhile

You are in my dreams

I can feel the warmth of your embrace

And I pray that it will all come back to me

If only you knew every moment in time

Nothing goes on in my heart

Just like your memories

And how I want here to be with you

Once more

yah yah yah


You will always be inside my heart

And you should know

How I wish I could have never let you go

Come into my life again

Please don't say no

Now and forever you are still the one

In my heart

So true, I believe I could never find

Somebody like you

My first love

oh oh


You will always gonna be the one

And you should know

How I wish I could have never let you go

Come into my life again

Oh, don't say no

You will always gonna be the one

So true, I believe I could never find

Now and forever


***


Batam, 25 September 2009, 15.19

... diilhami teman-temanku yang sulit melupakan first lovenya ...

23 September 2009

Dua Hari Semalam di Singapura

Sejak semalam Nanda sudah tidak bisa tidur. Dia terlalu gembira karena hari ini kami akan main ke Singapura. Negara tetangga ini memang sangat dekat dan dapat dicapai hanya dengan ferry selama satu jam dari Batam. Fiuuuhhh … akhirnya meski singkat, ada waktu buat pergi liburan dengan keluargaku.


Singapura merupakan kota yang rapi, bersih, aman, dan teratur. Mau jalan di malam hari sekali pun, kita tetap merasa aman, beda sekali dengan kota-kota besar di Indonesia pada umumnya. Agenda pertama kami begitu sampai di Harbour Front, sarapan. Yang murah masih dalam lingkungan pelabuhan tersebut, sekitar SGD 3,00-4,00, dengan porsi jumbo (baca porsi kuli hahaha …). Setelah itu baru memulai petualangan di sana.


Orang Singapura sangat berbeda dengan orang Indonesia. Kesan pertamaku, cuek. Rata-rata jalannya cepat sekali, tipe pekerja keras (sampai tua pun mereka tetap bekerja, berpenghasilan sendiri, tidak mau tergantung anak cucu), serius, sampai sering tanpa senyum (terutama terhadap orang asing), kebanyakan di kedua telinga nyangkut earphones i-pod (khas individualismenya), sandal jepit (ini salah satu yang kusesali tidak kupakai waktu jalan ke sana). Pasti jarang yang kena osteoporosis (tulang keropos tuanya) karena gerak jalan terus ke mana-mana sepanjang hari. Saking cueknya peluk dan ciuman di kereta pun cuek saja. Sangat tertib terutama saat mengantri ... sekali lagi ... kapan Indonesia bisa begitu? Mereka terdiri atas banyak ras, ada bule dari berbagai negara, Cina, India, Melayu, baik pendatang maupun penduduk asli sana.


Hari liburan seperti sekarang ini, banyak banget turis dari Indonesia. Terutama di pusat-pusat perbelanjaan, kayak orang Surabaya migrasi deh. Kemana-mana terdengar orang berbicara dengan bahasa Indonesia diselingi bahasa Jawa medok-nya yang khas hihihi …


Stasiun MRT (kereta listrik) sangat banyak dan besar. Terletak di bawah tanah, kadang saking dalamnya, kita sampai harus turun beberapa eskalator. Kita bisa ke mana-mana dengan membeli tiket langsung atau dengan kartu khusus dengan nominal tertentu, yang dapat diisi ulang. Membuat biaya perjalanan lebih murah, lebih cepat, tanpa ada kata macet dibanding kalau kita bepergian dengan kendaraan lain. Tanda penunjuk jalan dan jalur sangat jelas. Kita bisa berhenti di tempat terdekat dengan tujuan kita dan tidak takut tersesat.


Tujuan pertama langsung ke Science Centre. Bulan Maret yang lalu, kami sebenarnya sudah ke sana, tapi karena kurang pagi berangkat, tidak semua wahana bisa dilihat. Kali ini menyelesaikan yang tersisa. Dari pintu masuk, kami disambut berbagai objek tipuan mata. Di salah satunya kepala kita bisa terlihat seolah terhidang di atas meja, padahal itu bayangan cermin.


Omnimax terletak di ujungnya. Merupakan gedung pertunjukan film mirip seperti Keong Mas Jakarta. Tema kali ini tentang kehidupan macam-macam beruang. Layar filmnya ya kubah dari teater tersebut, membuatnya terlihat dalam bentuk tiga dimensi. Kita duduk dengan posisi setengah tidur, gelap, dingin. Hasilnya anak dan suamiku tidur nyenyak di dalam (berhubung semalam kurang tidur), hanya aku yang masih terjaga sambil terkantuk-kantuk sampai selesai. Padahal filmnya lumayan seru lho! Direkomendasikan buat yang insomnia (sulit tidur) hahaha.


Lanjut ke luar gedung, pindah ke Snow City di sebelahnya. Sebelum masuk ke lemari es raksasa, dengan membayar sedikit biaya tambahan, kami dapat menyewa baju hangat, celana panjang, sarung tangan tebal, dan sepatu. Ruangannya tidak terlalu besar, beratap sangat tinggi, ada tempat seluncur dengan menggunakan ban dalam yang landai. Kita harus berjalan naik melalui jalan kecil di pinggir luncuran tadi, yang dibatasi pagar kayu, sebelumnya. Aku dan Nanda meluncur sendiri, Ayahnya menunggu di bawah … kedinginan hihihi. Di dalam juga ada bar kecil, tempat kita bisa memesan minuman hangat atau es kacang … brrrr yang terakhir gratis kalau berani. Nanda senang sekali, masuk ke rumah eskimo kecil, main lempar-lemparan salju, apalagi waktu turun salju buatan. Dia menjulurkan lidah, walhasil lidahnya sakit sesudahnya.


Science Centre memang luas sekali areanya. Terdiri atas banyak ruangan yang membahas berbagai bidang ilmu, antara lain : fisika, biologi, kimia, matematika, manusia, binatang, tumbuhan, robotik, dll. Yang berkesan waktu kita melihat telur ayam yang sudah dierami selama dua puluh satu hari dengan pemanas buatan. Kita bisa melihat detik-detik saat anak ayam keluar dari cangkangnya secara langsung. Ada juga kotak untuk memelihara kecoak dari ukuran sekuku sampai yang sejempol orang dewasa … huek-huek, aku paling tidak menyukai bau khasnya yang menyengat. Kami juga sempat melihat percobaan dengan nitrogen cair. Pisang yang dalam keadaan normal dengan mudah bisa terbelah, setelah direndam dalam nitrogen cair, bisa dipakai memalu paku ke dalam kayu. Letuche menjadi seperti keramik, yang pecah berkeping-keping saat dibanting. Selang karet elastis, jadi sekeras batu, kembali ke bentuk semula setelah direndam air panas. Jangan coba-coba memegang cairan ini secara langsung tanpa sarung tangan khusus, karena tubuh kita yang mengandung air akan menjadi sekeras besi dibekukan olehnya …iron man.


Hari sudah gelap saat kami keluar dari sana. Dengan MRT menuju ke Hotel Furama di daerah Chinatown. Seorang teman merekomendasikannya sebelum berangkat … dan ternyata kamar mereka sudah penuh. Ini memang sedang liburan Lebaran dan sedang ada perlombaan F1. Duuuhhh … sambil berjalan gontai antara capai dan lapar, kami mencari taxi keluar hotel. Aku iseng bertanya ke petugas running boy, apakah ada tempat menginap lain yang bersih dan tidak mahal. Karma baik, dia menunjukkan Hotel 81 dekat situ. Waaahhh benar-benar bertemu malaikat penyelamat deh.


Selesai mandi membersihkan debu dan keringat yang menempel di badan sejak pagi, kami jalan-jalan di Chinatown. Serba merah khas pecinan, dihiasi banyak lampion. Jalan-jalan ini dulunya tempat tinggal, bekerja, dan bermain para imigran Cina awal di sana. Kanan kiri sekarang dipenuhi toko cindera mata dan tempat makan. Banyak orang berlalu lalang atau sekedar nongkrong di sana. Kami memilih ngobrol di salah satu resto sambil mengisi perut. Hmmm … lumayan kok, meski bumbunya nggak semantap masakan Malang hehe … Kubeli beberapa oleh-oleh cindera mata sebelum pulang. Kami sempat mendengarkan gadis cantik berpakaian dan dandan khas Cina sedang memainkan gu zheng, alat musik petik yang indah sekali suaranya ... jadi pengen belajar hihihi ... Paginya kami ke Chinatown Heritage Centre, di sana kita bisa mempelajari sejarah dan warisan pendatang Cina pertama di Singapura. Mulai dari melihat bentuk kamarnya, barang dan baju yang digunakan, budayanya, termasuk opera Cina yang dulu juga dimainkan oleh turun temurun keluarga suamiku … seru banget deh ! Seperti kembali ke masa lalu.


Salah satu yang paling kusuka dari Singapura, surga toko bukunya yang besar dan super lengkap. Bisa betah seharian main di sana, hanya untuk berburu buku. Biasanya kalau tidak mencari buku ketrampilan tangan (terutama crocheting, kesukaanku), aku (dan suami) ke bagian buku teks kedokteran. Nanda tentu saja ke bagian buku dongeng anak. Untung dia sekolah di sekolah internasional, dengan bahasa pengantar Inggris, Indonesia, dan Mandarin. Jadi dia tidak kesulitan membaca dan mengerti isi buku-buku di sana. Keluarga kami memang kutu buku.


Di Little India, pemberhentian berikutnya, merupakan pemukiman keturunan India Singapura. Mayoritas penganut Hindu. Di sana terdapat kuil Hindu, pusat sendratari Maya (yang sayangnya tidak buka saat itu), dan pasar.Tampak tempat puja Dewa Ganesha di depan beberapa toko, lengkap dengan dupa dan kalung rangkaian bunga segar. Dalam cuaca sangat terik siang itu, kami berjalan menyusurinya. Di sana banyak dijual bahan mentah segar dan bumbu khas India untuk kebutuhan sehari-hari, beberapa tempat makan masakan khas daerah tersebut. Beberapa toko menjual perlengkapan sembahyang, termasuk dupa yang wanginya luarrrrr biasa, sampai pening kepalaku dibuatnya. Ada juga kompleks penjualan perhiasan emas yang unik dan khas, serta kain-kain. Aku sebenarnya ingin tanganku digambar dengan hiena (tinta India yang baru bisa hilang setelah berminggu-minggu), tapi tidak ketemu tempat pelukisnya.


Setelah main selama dua hari di sana, kami pulang kembali ke Batam. Masih banyak tempat yang belum kami kunjungi, akan disambung lagi di petualangan berikutnya. Puas bisa main dan menikmati waktu berkualitas dengan keluarga, yang tidak setiap saat ada. Jalan terus sepanjang hari sampai kaki mau copot, sebanding dengan yang kudapat sebagai gantinya … kebersamaan. Keluarga tetap nomor satu. Sebagus apa pun karir kita, sebanyak apa pun materi yang kita dapat, semua tidak berarti kalau keluarga berantakan dan tanpa kasih sayang.


Batam, 24 September 2009, jam 01.26

19 September 2009

Malaikat Kecilku



Saat kubangun dari tidur tadi pagi, kulihat orang-orang terkasihku masih terlelap. Entah sejak kapan Nanda menyusup di antara kami. Dia sebenarnya memiliki kamar sendiri di ruang sebelah. Mungkin karena udara dingin, hujan terus di sini.

Kupandangi wajah polosnya itu ... hhmmm malaikat kecilku. Rambutnya yang hitam legam sebahu, anak-anak rambut halus menutupi sebagian keningnya. Matanya yang indah tidak menutup sempurna saat tidur ... persiiiisss seperti kebiasaan Ayahnya. Hidungnya mancung, tidak seperti hidungku. Bibirnya yang merah jambu, sesekali tersenyum dalam tidurnya, entah apa yang sedang diimpikannya. Pipi 'chubby' nya sedikit kemerahan tanpa perlu dipoles 'blush on', membuat orang ingin mencolek. Kubelai kulit yang putih, halus seperti sutera itu. Dia benar-benar makhluk paling indah yang pernah hadir dalam hidupku, 'our masterpiece' ... wajahnya perpaduan sempurna dari kami bedua.

Aku mulai mengandungnya beberapa bulan setelah pernikahan kami. Saat itu aku sedang mengambil ujian akhir profesi kedokteran umum di Universitas Sam Ratulangi, dan harus tinggal di Manado sekitar tiga bulan. Suamiku yang baru menyelesaikan tugas wajib pemerintah dokter di Poso, menyertai. Hari-hari yang menegangkan, tuntutan untuk harus lulus ujian, tiap hari harus begadang, membahas soal-soal dan kasus, membaca 'textbook' yang banyak banget, untung selalu ada yang menemani dan mendukungku. Jadwal haid yang tidak beraturan, awalnya kupikir dipicu karena stres fisik dan emosi, ternyata disebabkan kehadirannya.

Perasaan campur aduk saat mengetahuinya, antara sangat senang (walau sebenarnya kehamilanku belum direncanakan saat itu karena sedang ujian), dag dig dug karena ini pengalaman pertama buatku, sekaligus tegang karena tetap harus menyelesaikan ujian yang tersisa. Makan sih OK, apalagi teman-teman Manadoku hobi makan dan pesta. Tapi setelah itu, aku harus buru-buru permisi ke kamar mandi untuk mengeluarkan seluruh isi perut ... duhhh efek samping hormon kehamilan.

Hari demi hari, perutku bertambah besar. Mulanya hanya terasa kedutan-kedutan kecil di perutku, lama-lama kadang bentuk permukaan perut ini jadi tak beraturan. Tergantung posisi bayiku saat itu. Makin hari makin terasa kehadirannya, makin besar pula rasa sayangku.

Sambil menunggu hari-hari menjelang kelahirannya di Malang, selesai sumpah dokter dan sambil menunggu panggilan tugas wajib pemerintah, aku bekerja di tempat kakak yang punya 'home industry' boneka. Aku sering lupa waktu di sana, kerja dari pagi sampai sore, kadang sampai malam. Memadupadankan boneka, kerancang, bunga, dan pita-pita sampai tercipta parcel-parcel yang cantik. Sesekali aku mendengarkan musik klasik yang banyak terdapat di rumah kakakku yang sekaligus guru ballet itu. Mungkin karena itu kali ya, Nanda menjadi anak yang sangat mencintai seni dan keindahan hehe...

Kalau malam hari tiba, saat istirahat, baru terasa pinggang rasanya mau copot, kaki sakit luar biasa. Untung ada suami tersayang yang selalu mau memijat dan menggosok punggungku. Dia selalu menemani memeriksakan diri ke dokter kandungan.Yang paling berkesan saat USG pertama. Melihat denyut jantung mungil itu, makhluk yang dari tiada menjadi ada karena cinta kami bedua, hidup dan bertumbuh dalam perutku. Perasaan itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, takjubnya, keharuannya.

Saat usia kehamilanku 36 minggu, mulai terasa mules yang tidak seperti biasa. Suamiku sedang mengikuti ujian masuk spesialisasi di Universitas Diponegoro Semarang hiks hiks ... aku sedang menginap di tempat kakak. Perutku sudah terasa tegang-tegang sejak semalam. Biasanya akan segera hilang dengan miring ke satu sisi, dan kuelus-elus sedikit. Tapi kali ini tidak, malah semakin sering timbulnya. Aku masih sempat mengontak suamiku dan mengabarkan bahwa mungkin sudah saatnya aku melahirkan. Memang menurut perhitungan empat minggu lagi seharusnya anakku baru lahir.

Aku sarapan dulu. Saat mandi tadi pagi 'blood slym' (tanda awal proses persalinan) memang sudah ada, tapi ketubanku masih utuh. Tenang ... teorinya butuh waktu sekitar empat belas jam untuk persalinan pertama, malah ada yang lebih lama dari itu. Masih ada waktu. Sambil meringis menahan sakit yang datang semakin sering dan berusaha mengatur nafas, mobil dikebut menuju ke rumah bersalin tempat praktek dokter kandunganku. Dalam perjalanan, Tanteku tengok kiri kanan, mencari benda apa yang bisa dipakai saat itu, seandainya aku melahirkan di mobil ... dia baru memberitahuku soal ini kemudian hahaha ...

Rumah bersalinku bentuknya seperti rumah biasa, sangat asri, lengkap dengan hiasan arsitektur Jawanya, cukup lengkap dan bersih. Sesekali terdengar kicau burung yang sengaja dipelihara di halamannya. Ruang rawat inapnya tidak seperti di rumah sakit, bentuknya seperti kamar biasa di rumah, ranjangnya besar, ada lemari ukiran kayu dengan TV di atasnya. Aku suka suasananya, klop dengan seleraku yang menyukai segala sesuatu yang etnik. Mungkin sengaja dibuat seperti itu, untuk mengambil kesan 'homy'nya, agar ibu-ibu yang mau melahirkan dan para bapak yang menunggui berkurang ketegangannya.

Begitu tiba, aku segera masuk ke ruang bersalin. Ruangannya terang, dingin, dan serba putih, kecuali bagian dindingnya yang separuh ke atas ditutupi keramik warna biru muda. Bidan yang memeriksa pembukaanku terkejut karena ternyata pembukaanku sudah lengkap. Sama kagetnya denganku, karena mulesnya baru mulai kurasa sekitar tiga jam sebelumnya. Mungkin ini yang disebut partus presipitatus (persalinan berlangsung sangat cepat, kemajuan cepat dari persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari awitan kelahiran). Kemungkinan ke-2 karena bayiku memang masih belum waktunya lahir, pasti kecil. Ditambah dengan aku yang tidak bisa diam selama hamil hahaha ... dia jadi tak sabar ingin segera melihat dunia luar.

Mulesnya semakin sering datang, nyerinya beberapa kali lipat nyeri saat haid. Aku berusaha tenang, menahan diri untuk tidak berteriak, dari pada tenggorokanku jadi sakit dan tenagaku malah habis saat dibutuhkan untuk mengedan nanti. Untung tak berapa lama, dokter kandunganku datang. Proses persalinan berlangsung cepat, Nanda lahir jam 08.06 pagi. Sesuai dugaanku, beratnya 2450 g dan panjangnya tak sampai 50 cm. Matanya bulat besar, mendominasi hampir seluruh wajahnya. Jari jemarinya kurus dan panjang, lengkap dan normal. Lega dan takjub aku memandangnya dalam pelukanku.

Suamiku baru sampai sore harinya. Meski dia tidak ikut menemaniku saat persalinan, tapi dia mau ikut merawat, memandikan, membuat dan memberi susu, dll. Aku sungguh beruntung mempunyai suami sepertinya. Kami melakukannya bergantian dan sebisa mungkin merawatnya tanpa bantuan 'baby sitter'. Banyak lho suami yang tidak mau ikut serta merawat bayinya, maunya cuma ikut bikin hahaha ...

Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa bayi mungil yang kami beri nama Ananda Angelia Ivan itu sudah berusia delapan tahun sekarang. Dia sudah menjadi gadis cilik yang cantik dan pintar. Semoga bukan cuma fisikmu yang cantik, Nak. Semoga hatimu juga, ini selalu doa kami untukmu ...

Batam, 19 September 2009, pukul 18.26

15 September 2009

Jangan Sakiti Ani


http://rlv.zcache.com/broken_hearted_bunny_pink_postcard_art-p239711781127686838qibm_400.jpg


* Di RS *

Tubuh mungil itu terbaring di salah satu ranjang observasi di UGD sambil memeluk Si Pinky, boneka kelinci kesayangannya. Tatapannya kosong, mulutnya terkatup rapat, dengan ekspresi yang datar. Gadis cilik ini baru berusia enam tahun. Hari ini banyak peristiwa sudah dialaminya. Peristiwa yang akan selalu membekas di benak dan hati yang tanpa dosa itu sampai akhir hayatnya. Seorang lelaki dewasa tak bertanggung jawab, sudah menodai kemurniannya. Tubuh itu koyak, diperlakukan semena-mena. Dia datang ke UGD dengan digendong Bapaknya. Ekspresi tegang, penuh kekhawatiran menghiasi wajah-wajah pengantarnya.


* Di Rumah Ani *

Hari itu ada Om yang 'baik hati' menawari es krim, dan mengajak Ani berjalan-jalan. Saat itu dia sedang bermain di halaman dengan Eki, teman sebaya yang juga tetangga rumah. Dua gadis cilik ini memang sudah mulai libur sekolah. Ayah sedang bekerja dan Ibu sedang berbelanja ke pasar. Di jam-jam seperti itu memang perumahan tersebut dalam keadaan sepi. Eki sudah melarangnya ikut Om yang tidak dikenal tersebut, tapi Ani tidak peduli. "Om bilang, aku akan diajak menyusul Ibu ke pasar".

Sepulang Ibu Ani dari pasar, dia hanya melihat Eki bermain sendirian di depan rumah. Eki langsung melaporkan kalau Ani tadi diajak Om-Om, katanya mau menyusul Ibu ke pasar. Wah jerit histeris langsung keluar dari mulut Ibu, dengan panik dia berusaha mencari ke setiap sudut perumahan tersebut. Tidak ada yang tahu ke mana perginya Ani. Pencarian dilanjutkan dengan bantuan warga sampai ke pelabuhan, takut Ani sudah dibawa menyeberang ke pulau lain. Tetap gadis cilik ini tidak terlihat batang hidungnya.

Hari sudah menjelang sore, ketika salah seorang tetangga secara tak sengaja melihat Ani berjalan sendirian, sambil tertatih-tatih, menuju ke arah jalan pulang. Tidak ada yang tahu dia dari mana. Ibu dengan berurai air mata dan perasaan lega luar biasa segera menghambur dan memeluknya. "Dari mana aja kamu, Nak, kami semua bingung mencarimu ke mana-mana". Ani menangis sekencang-kencangnya begitu melihat orang-orang yang dikenalnya. Antara bingung, lega, dan haru dia memeluk erat kedua orang tuanya. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya ketika semua berebut menanyakan apa yang telah terjadi padanya.

Kepanikan kembali terjadi saat tiba-tiba Ibu merasa ada sesuatu yang basah dan hangat mengalir di pangkuannya. Astaga !!! Ternyata sesuatu tadi adalah darah yang membasahi rok Ani yang berwarna hitam. Tidak ada yang menyadari, karena tersamarkan warna bajunya. Kejadian tersebut segera dilaporkan ke kepolisian, dan Ani segera dibawa ke RS untuk dilakukan visum.

* Kembali ke RS *

Setelah memeriksa, mengajukan beberapa pertanyaan, dan mengambil beberapa foto kelainan yang didapat, dr. Susi menemui orang tua Ani. Dengan tenang, dan perlahan, dia menerangkan kepada mereka, apa yang akan dilakukan setelah ini untuk menangani gadis cilik tersebut. Luka yang cukup lebar di kemaluannya, telah membuat perdarahan masih terus berlanjut. Jalan terbaik akan dilakukan penjahitan dan eksplorasi luka di ruang operasi. Juga akan dilakukan pengambilan apusan cairan vagina untuk memastikan adanya tanda-tanda telah terjadinya perkosaan, dan bila diperlukan sampelnya bisa dikirim ke laboratorium dan dicocokkan dengan DNA pelaku kalau tertangkap nanti. Setelah luka Ani sembuh, dia akan dikonsulkan ke seorang Psikolog untuk menyembuhkan trauma psikisnya.

............................................................................................................

Kejadian seperti di atas sebenarnya sudah berulang kali terjadi di sekitar kita. Kita bisa mendengar dan membacanya di berbagai media. Tidak salah kalau hal ini membuat kita sebagai orang tua menjadi semakin paranoid saja dari hari ke hari. Anak-anak harus selalu diingatkan 'Don't talk to a stranger and trust no body!!!' Semakin banyak orang-orang dengan kelainan jiwa seperti ini berkeliaran di lingkungan kita. Apa ini dikarenakan hukuman yang dijatuhkan bagi pemerkosa kurang berat ya? Kalau hukumannya langsung dikebiri mungkin akan membuat pelaku lebih berpikir panjang sebelum melakukannya.

Anak adalah karunia Tuhan. Jangan sampai malaikat kecil tidak berdosa itu disakiti oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sudah sepatutnya kita menjaganya dari ancaman-ancaman buruk dari orang-orang tersebut. Kalau bukan kita, siapa lagi ???

Batam, 16 September 2009, jam 11.58
... cerita di atas diilhami dari sebuah kasus yang kutemui di RS, nama tokoh dan ceritanya fiksi belaka ...

Jatuh Cinta ... Ada Penjelasannya Dari Sudut Pandang Kesehatan



http://www.bentara-online.com/main//images/stories/celebrity/duo_maia.jpg

apakah ini namanya cinta
begitu membingungkan
aku kini sedang jatuh cinta
ku tanyakan mengapa

hatiku resah, hatiku gundah
semuanya jadi serba salah

aku mau makan, ku ingat kamu
aku sedang sedih, juga ku ingat kamu
aku sedang bosan, ku ingat kamu
oh cinta, inikah bila ku jatuh cinta

semua tertawa lihat tingkahku
lenyap jadi tak menentu
begini salah, begitu pun salah
ku tanyakan mengapa

apakah ini namanya cinta
begitu membingungkan

Hahaha ...gitu deh cuplikan lagu 'Ingat Kamu' dari Duo Maya, yang menggambarkan perasaan kita saat sedang jatuh cinta. Jatuh cinta bisa terjadi kapan saja, di mana saja, menimpa siapa saja ... nggak peduli masih TK, atau sudah uzur, nggak peduli masih sendiri atau sudah berpasangan.

Kenapa sih kok bisa timbul perasaan-perasaan di atas saat jatuh cinta pada seseorang? Ternyata menurut Helen E. Fisher, seorang ahli antropologi, ini dikarenakan proses kimia yang terjadi dalam tubuh seseorang. Ada beberapa jenis hormon yang dikeluarkan, antara lain :

1. Dopamin, disebut juga 'pleasure chemical', ini yang menimbulkan kekuatan, kegembiraan luar biasa, konsentrasi ke pasangan, serta dorongan yang kuat untuk memberi.

2. Norepinefrin, hormon yang satu ini membuat jantung kita terpacu (deg-degan), pembuluh darah melebar ('blushing'), makan tak enak (nih bisa buat diet wkwkwk ...), tidur tak nyenyak, jadi hiperaktif, gelisah.

3. Feromon, hormon yang terkandung dalam bau badan khas seseorang (konsentrasi tertinggi di kelenjar keringat di ketiak ... huek huek dah ...) dan dapat dideteksi oleh saraf-saraf penciuman pasangannya, membuat saling tertarik dan tahu 'this is the right one for me'.

4. Oksitosin, membuat libido kita meningkat, ingin dekat-dekat sama yayang, ingin dipeluk, dicium, dst. dst. dst. ... selanjutnya terserah Anda hahaha ... Hati-hati buat yang belum resmi nikah, nenek bilang itu berbahaya !!! Apalagi kalau digabung dengan kerja hormon Endorfin yang menimbulkan rasa aman dan damai.

Efek hormon-hormon di atas dapat bertahan lama atau tidak, tergantung pasangan tersebut. Saat efeknya sudah berkurang, kita akan kembali ditarik ke dunia nyata. Pasangan yang tadinya kelihatan sempurna di mata kita, akan mulai terlihat kekurangannya di sana sini. Bila benar-benar mencintainya, kita akan dapat saling beradaptasi dan melanjutkan hubungan sampai maut memisahkan.

Bagaimana kalau jatuh cinta ini terjadi saat kita sudah punya pasangan? Kurasa jalan terbaik, nikmati saja. Cinta itu anugerah. Kita tidak minta untuk jatuh cinta, itu bisa terjadi begitu saja, selalu membuat hidup ini jadi berwarna dan indah. Asal kita tahu sampai sejauh mana batas yang boleh kita ambil. Kalau merasa bakalan tidak bisa mengontrolnya, ya STOP, jangan bermain api!

Keputusan untuk tetap bertahan pada komitmen awal atau tidak, ada di tangan pelaku masing-masing. Jangan bilang khilaf atau 'ada setan lewat', saat memutuskan untuk merusak komitmen awal kita. Itu jawaban paling tidak masuk akal dan tidak dewasa sama sekali. Apa pun itu, pilihan akhir tetap di tangan kita, lengkap dengan segala konsekuensi di belakangnya.

Batam, 15 September 2009, 13.43
- diambil dari berbagai sumber -

13 September 2009

My Hectic Days at Work


http://editorial.sidereel.com/Images/Posts/Hawthorne_pilot.jpg

Dua hari ini bener-bener seru banget kerjaku. Dari kemarin sebelum mulai jaga sore jam 14.30, perasaanku sudah nggak seperti biasa. Bawaannya bete melulu. Malessss banget rasanya mau mulai jaga. Batam yang beberapa hari ini hujan terus, tumben-tumbennya kemaren panas banget. Sinar matahari yang masuk lewat jendela kamarku (yang menghadap ke barat), membuat suasana dalam kamar jadi gerah. Kepalaku terasa ringan melayang, ngantuk jadinya. "Udah deh daripada nggak konsen jaga, mending merem bentar, ntar jam 17 baru muter bangsal," pikirku. Rencana sih tinggal rencana, ternyata lima belas menit sekali telepon dari ruangan berdering terus. Dok, pasiennya gini, Dok, pasiennya gitu. Alhasil, malah sakit kepalaku, terbangun terus.

Jam 16.10, dapat panggilan dari ruang intensif bayi, mengabarkan kalau pasienku mulai turun denyut jantungnya, saturasi oksigennya juga ... eng ing eng 'the horror time' mulai. Setengah ngantuk dan 'fly', aku segera turun ke ruangan. Pasien mungilku ini, lahir prematur di salah satu pulau sekitar Batam, dengan operasi karena ibunya preeklampsia berat (istilah awamnya 'keracunan kehamilan', tensi jadi tinggi karena kehamilannya, kaki bengkak, kadang bisa berlanjut jadi kejang kalau sudah jatuh dalam eklampsia, dst. dst. ... aliran darah ke janin jadi ikutan jelek). Dari lahir sudah gagal nafas (akibat prematuritasnya), jadi harus pakai alat bantu nafas di NICU. Sekian hari di sini, keadaannya makin memburuk, padahal kita sudah berusaha maksimal menanganinya. Setelah menerangkan ke keluarga, masuk obat-obatan 'life saving', resusitasi sekian menit, tetap nggak ada reaksi, akhirnya kunyatakan meninggal jam 17.08.

Setelah selesai mengantarkan malaikat kecil itu pulang ke surga, aku langsung lanjut keliling bangsal rawat inap. Ke ruang bayi sehat dulu ahhh ... menghilangkan mendung yang menguasai hatiku, akibat kematian pasien mungil tadi. Ehmmm ada yang lagi foto-foto dedek yang baru lahir di sana. Ternyata dia lahir pas jam 16.10, waktu si pasien NICU sebelah mulai jelek. Ironis banget ya? Keluarga yang satu sedang nangis-nangis ditinggal anaknya, keluarga yang lain lagi bersuka cita dengan kehadiran anggota keluarga yang baru. Ruangannya sebelahan pula hehe... itulah hidup, seperti sandiwara saja.

Ternyata sore kemarin banyak pasien yang dioperasi, mulai dari yang dengan batu saluran kemih, melahirkan dengan seksio, yang usus buntunya pecah, dll. Aku sempat memindahkan pasien dari ruang rawat inap biasa ke 'intermediate care unit' karena sesak berat. Selesai keliling bangsal rawat inap biasa, aku menuju ke ICU. Wuihhh ... ternyata sesorean ini sudah ada tiga orang yang masuk ke sana. Para perawat sibuk mondar-mandir, catat sana sini, telpon sana sini, melakukan tindakan ini itu ... nggak ada yang bisa 'dipegang ekornya' hahaha ...

Pasiennya yang satu anak-anak, habis kecelakaan, tulang tengkoraknya ada yang retak dan 'melesak' ke dalam sedikit. Cedera kepala, teriak-teriak setengah sadar. Ternyata tulang tangan kanannya juga patah. Malam itu rencananya mau dioperasi untuk mengembalikan posisi tulangnya. Pasien ke-2 dewasa, kejang terus menerus sejak masuk, asalnya congek (keluar cairan dari telinga akibat pilek lama sampai gendang telinganya bocor), sepertinya infeksinya menjalar ke selaput otak. Makanya kalau congekan jangan disepelekan deh ... aku sudah beberapa kali lihat kasus yang sama lho di sini. Satu lagi pasien serangan jantung.

Selama aku di sana, telepon dari UGD berdering terus, ternyata ... OMG !!! Di UGD sudah ada dua pasien lagi yang menanti untuk dinaikkan ke ICU. Mimpi apa aku semalam? Ternyata 'feeling so good', kebetean nggak jelasku dari awal jaga tadi sangat beralasan. Kebayang nggak, kemarin dalam satu shift sore bangsalku saja, ada lima pasien masuk ke ICU. Mesti mandi kembang tujuh rupa nih, lengkap sama bakar menyan, lanjut nyebur laut wkwkwk ... uedaaaannnn rekor deh jaga bangsal kemarin.

Ternyata kegilaan masih berlanjut lagi pagi ini. Mulai jaga jam 08.00 tadi pagi di UGD, sudah disambut dengan bisik-bisik perawat UGDku, " Dok, tau nggak tuh Abangnya pasien yang ada di ruang tindakan, tadi begitu datang langsung bilang, ' Saya angkatan, tangani adik saya ya!!!'" Buset dahhh ... sombong kali tuh orang. Entah adik atau pacarnya yang kecelakaan, saat itu sedang dijahit di ruang tindakan. Emangnya gue pikirin loe siapa haha ... Si Mas yang dimaksud masih umur 20 tahunan, paling juga masih baru masuk angkatan. Segitunya toh, Dek! Kalau sudah masuk ke UGD kita tuh, semua pasien sama rata, mau kamu Presiden sekalipun, pelayanan kami tetap sama dan sesuai prosedur.

Kita sering lho dapat pasien belagu seperti itu, kalau sudah begitu, kitanya juga harus super tegas menghadapinya. Lha gimana mau optimal nolong pasiennya, kalau keluarganya (yang notabene tidak berkepentingan) muter terus ikutan sibuk di dalam. Ya sibuk ngomel, ya sibuk mengomentari tindakan kita, ya sibuk panik ria. Saking tadi itu bukan pasienku. Kalau iya, pasti sudah kubilang, " Keluarga silahkan tunggu di luar, baru kita akan lakukan tindakan. Saya akan tunggu sampai semua keluar!" Gitu deh, gaya dr. Imel di saat tugas hahaha... Terserah mereka mau komentar atau protes ke 'customer care', aku nggak akan peduli. Yang penting kerja kita bisa optimal dan tetap sesuai prosedur.

Selama jaga UGD tadi pagi, aku memasukkan dua pasien ... lagi-lagi ke ruang intensif ... fiuuhhh ... satu dengan stroke perdarahan, satu lagi dengan asma berat sampai pasiennya gagal nafas. Begitulah kegiatanku sehari-hari. Sudah risiko memang, salah sendiri mau bekerja di RS rujukan hahaha ... Tapi senang kok, apalagi kalau bisa menolong pasien yang memang sudah mendekati ajal, sampai sadar dan dapat hidup kembali. Kepuasannya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Jadi dokter itu benar-benar menantang. Harus belajar seumur hidup, mempunyai hati dan mental yang baik, supaya tetap bisa bekerja secara profesional dan selalu 'care' dengan pasien. Kita dapat menyelamatkan nyawa orang, tapi juga dapat dengan mudah menghilangkan nyawa orang kalau sembrono bertindak. Mungkin itu bedanya dengan profesi lain ya. Makanya jangan heran kalau sekolahnya pun jauh lebih lama dibanding profesi lain. Karena selain belajar ilmunya, kita juga digembleng secara mental di pendidikan. Aku bangga dengan profesiku!

Batam, 13 September 2009, jam 17.07

11 September 2009

Cacat Bukan Halangan


http://images.uulyrics.com/cover/a/andrea-bocelli/album-the-best-of-andrea-bocelli-vivere.jpg

Sambil mendengarkan Andrea Bocelli menyanyi, sore ini aku iseng membuka biografi hidupnya di Wikipedia. Lahir di Lajatico, Tuscany, Italy, tahun 1968, dia ternyata dari kecil memang sudah menderita kelainan di matanya, glaukoma. Suatu kelainan tekanan dalam bola matanya, yang membuatnya pelan-pelan kehilangan penglihatan. Dia menjadi buta sama sekali pada suatu kecelakaan saat main bola.

Dari kecil dia sudah menyenangi musik. Mulai usia enam tahun, belajar piano, sebelumnya flute, saxophone, trumpet, trombone, harp, guitar, dan drum … woowww. Kita saja yang normal nggak sesemangat itu ya belajarnya hehehe … Dia selalu diminta menyanyi di berbagai pertemuan keluarga. Memenangkan kompetisi The Margherita d’Oro di Viareggio dengan O Sole Mio pada usia empat belas tahun.

Yang lebih hebat lagi, walaupun tuna netra (tidak bisa melihat), dia bisa menyelesaikan kuliahnya dan menjadi seorang pengacara di University of Pisa. Sampai saat ini sudah memenangkan berbagai penghargaan dalam berbagai kompetisi internasional dan menjadi salah satu ‘Best Italian Singer’ dan ‘Best Classical Interpretation’. Waaahhh hebat banget ya !

Jadi ingat waktu aku masih bekerja di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Semarang. Kepala sekolah Sekolah Luar Biasa (SLB) di sana, sangat bersemangat. Beliau sering mempromosikan anak-anak didiknya, beberapa di antaranya anak tuna netra. Mereka difasilitasi untuk membuat pertunjukan di mal, menyanyi, main keyboard, sampai membuat album rekaman sendiri lho. Jangan salah, mereka nggak minder dengan kemampuannya yang terbatas, justru sebaliknya sangat percaya diri dengan memperlihatkan sisi lain kelebihan yang mereka miliki.

Masa-masa itu, sungguh sangat berharga bagiku. Dapat mengenal orang-orang yang dengan tulus, mengabdikan dirinya buat mereka yang punya kekurangan fisik. Dapat ikut merasakan dan mengetahui beratnya hidup yang harus dijalani mereka yang menjadi dan berhubungan dengan anak yang berkebutuhan khusus.

Sebagian guru di SLB dan YPAC Semarang juga ‘lulusan’ sana. Kebanyakan dari mereka menderita polio saat kecil (saat masih banyak kasus tersebut). Sekarang sih katanya sudah nggak ada, berkat keberhasilan program imunisasi dasar pemerintah kita. Polio tidak mempengaruhi kepandaian seseorang, hanya kemampuan fisik mereka saat berjalan atau harus melakukan pekerjaan yang butuh ketrampilan yang halus.

Di sana ada tempat-tempat khusus yang diperuntukkan untuk terapi fisik, bicara, konsentrasi, musik, sampai bina mandiri agar anak-anak tersebut mendapat bekal ketrampilan untuk dapat hidup mandiri di masyarakat. Untuk mengerjakan aktifitas sehari-hari yang sederhana saja, seperti berdiri, berjalan, duduk, makan, ke kamar mandi, memakai baju dan celana sendiri, belum tentu mereka bisa. Belum lagi setelah mereka pubertas, karena kekurangannya, mereka lebih sulit mengontrol kebutuhan biologisnya dibanding orang normal. Lucu-lucu ceritanya, ada yang pacaran di bawah bangku, begitu guru SLBnya meleng hahaha … Ada yang patah hati, sampai sering melamun, ‘mellow’ berhari-hari, gara-gara surat cintanya nggak dibalas. Gimana mau dibalas, wong yang dikirimi artis terkenal. Badan boleh besar, tapi jalan pikiran dan kelakuan masih anak-anak sekali. Kalau tidak dijaga benar, mereka bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Bekerja dan berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus butuh kesabaran dan keahlian tersendiri.

Ada lho orang tua yang sampai tidak mau mengakui darah dagingnya yang cacat. Duhhh … padahal karena mereka juga, si anak lahir ke dunia. Mereka tidak minta dilahirkan, tidak meminta hidup dalam kecacatan. Anaknya tiga orang, cuma dibilang dua orang, yang pertama disembunyikan dari kenalan dan saudara karena cacat. Demi nama baik dan kehormatan. Menurutku justru orang tidak akan respek dengan cara mereka. Yah masih bagus, kalau mereka masih mau menyediakan sopir dan perawat untuk mengantar jemput si anak saat terapi di YPAC. Ini cerita beneran, dari mulut perawat si anak lho!

Di lain pihak , aku sangat salut dengan orang tua yang sanggup dengan sabar, mendampingi, dan mengantarkan anak mereka yang berkebutuhan khusus sampai dewasa. Terapinya bisa seumur hidup, apalagi kalau cacatnya berat dan ganda (misalkan buta dan tuli). Belum lagi kalau demam sedikit aja, pakai acara kejang … wuiihhh …

Aku sering ngobrol, mendengarkan curhat mereka, sambil merajut (salah satu hobiku) bersama di saat tidak ada pasien. Saling memberi semangat, menguatkan hati yang hampir putus asa harus menghadapi masalah hidup yang berat. Banyak kok anak berkebutuhan khusus yang bisa berhasil menjadi artis terkenal, pemain film, penyanyi, olah ragawan, dll. Tinggal bagaimana kita sebagai orang tua, pendidik, terapis, teman, saudara di sekeliling mereka, selalu memberi semangat, memupuk rasa percaya dirinya, menjaganya, serta memfasilitasi mereka. Kalau yang lain bisa, kenapa mereka tidak?

Mempunyai anak-anak yang normal, apalagi bagus dan pintar, merupakan anugerah yang tak ternilai.
Sudah sepatutnya kita selalu bersyukur atasnya, dan menjaga karunia ini dengan baik dan penuh tanggung jawab … Nggak terbayang deh, kalau kita harus menjadi salah seorang orang tua anak-anak tersebut.

Batam, 11 September 2009, 21.00

09 September 2009

Aku Ingin Menjadi ...


http://media.photobucket.com/image/angel%20hug/OKC_Karen/4yyurgl.jpg


Aku mau menjadi angin, yang dapat membelai lembut wajahmu setiap saat

Aku mau menjadi api, yang dapat menari dalam hatimu di saat semangatmu hilang

Aku mau menjadi sayap, yang dapat memelukmu di kala kau butuh dukungan

Aku mau menjadi awan, yang dapat menjadi tempatmu merebahkan kepala di kala letih

Aku mau menjadi sinar mentari, yang dapat memberi kehangatan untukmu tuk memulai hari yang baru

Aku mau menjadi melodi, menjadi udara, menjadi air, menjadi apa pun yang kaubutuhkan

Karena hati dan jiwa ini selalu ada untukmu, kau sadari atau pun tidak ...


Batam ... dini hari 10 September 2009

Indahnya Hujan


http://c2.api.ning.com/files/o535o1ir2OFtbVSGCq5WPK4Jj7Ui6jambFNS-0gNpaZmdtfEXvxs-mSwZ3K52U5t6InesR8c9B23HXaFs--NdCbZHHTSviyq/NickSortvind1.jpg


Aku selalu suka musim penghujan. Memandang tetes-tetes air jatuh membasahi bumi, mencium bau tanah dan rumput yang basah. Sejuknya suasana ... Kadang dilanjutkan dengan munculnya pelangi, indahnya ... Mungkin karena aku lahir di bulan Oktober? Saat musim penghujan dimulai.

Dulu waktu masih sekolah, untuk pulang, aku harus berjalan kaki dulu mencari angkot. Paling senang kalau hujan datang. Kalau yang lain berlarian mencari tempat berteduh, aku dan temanku justru main hujan-hujanan. Kami sengaja berjalan santai, sambil menikmati tetesan air yang menyentuh kulit. Menikmati karunia Tuhan, asyik banget! Untungnya kita nggak pernah sakit sesudahnya. Begitu sampai di rumah langsung mandi, keramas, terus 'zzz' sampai hari gelap hahaha ...

Seandainya musim kemarau tak ada ... uuhhh ... kepalaku sering sakit bila suasana panas dan gerah. Tapi tentu itu tidak mungkin terjadi, kalau hujan terus, tidak ada panas, tentu akan merusak keharmonian alam. Banjir di mana-mana, tanaman tidak bisa tumbuh, ntar kita nggak bisa makan dong.

Suasana 'melow' di saat hujan datang, juga aku suka. Diiringi lantunan musik lembut. Apalagi ditemani ritual kesukaanku yang lain, minum kopi atau coklat panas, seperti saat ini. Perpaduan yang sangat pas, kepulan asap hangat yang menerpa pipi, nikmatnya saat kehangatan menyentuh bibir dan tenggorokan. Perasaan jadi ikut hangat, apalagi kalau ditemani pelukan hangat orang terkasih. Wuihhh ... waktu terasa berhenti sejenak dan dunia serasa milik bedua

Keindahan tidak berhenti sampai di situ. Setelah hujan reda, biasanya matahari muncul kembali dengan malu-malu, langit menjadi cerah. Mulai terdengar kembali kicauan burung, serangga-serangga keluar dari tempatnya berteduh ... ehhhmmm 'the life has just begin' ...


Batam, 9 September 2009, 10.58
- after the rain -

Waktu Ku Masih Menjadi Penari

http://media.photobucket.com/image/ballerina/gphib03/Ballerina.jpg

Menjadi seorang penari sudah kulakoni sejak usia empat setengah tahun. Berhubung Tanteku punya sekolah ballet yang cukup terkenal di Malang. Awalnya hanya untuk mengisi waktu dengan kegiatan yang positif. Aku tumbuh di lingkungan yang dekat dengan darah seni. Keluargaku ada yang pemain musik, pelukis, penari, bahkan pemain ‘tunil’ (sandiwara Cina). Makanya lagu dan tari bukan hal asing buatku sejak kecil.

Dari TK, aku sudah sering ikut serta dalam pertunjukan ballet. Dari panggung ke panggung, dari pesta satu ke pesta yang lain. Kebanyakan kami diundang perusahaan-perusahaan besar, untuk pesta pernikahan, ulang tahun, mau pun pertunjukan tahunan yang diadakan sekolah balletku sendiri. Kami mempunyai grup inti (istilah kami buat yang sering tampil). Tiap orang dari grup ini bisa membawakan beberapa tarian di tiap pentas.

Tampil di depan orang banyak, memerankan sebuah karakter tertentu dalam tarian sangat menyenangkan buatku. Melihat pandangan kagum orang-orang, dengan mata tak lepas dari kita, diakhiri dengan tepuk tangan meriah di akhir pertunjukan. Kita dapat dengan bebas menuangkan perasaan dan membuat hidup tarian yang kita sajikan. Membuat orang ikut larut dalam kesedihan, cinta, kenakalan, humor melaluinya. Menjadi orang lain, melakukan sesuatu yang belum tentu bisa kita lakukan dalam keseharian kita. Waktu aku sedih, marah, kecewa, aku menari. Waktu aku jatuh cinta, senang, gembira, aku juga menari.

Tarian ballet sudah menjadi kebutuhan dan bagian dari hidupku. Di sana aku mendapat teman-teman yang menyenangkan, belajar untuk menjadi percaya diri, ambisius, selalu memperhatikan detail, berusaha melakukan sesuatu secara sempurna, belajar bagaimana bekerja sama dengan baik. Sebenarnya aku orang yang pemalu. Aku lebih bisa menuangkan perasaan lewat gerakan tari, mimik muka, dan tulisan, daripada bicara di depan orang banyak.

Sekolah balletku mengikuti standar Royal Academmy of Dancing (RAD) London. Setiap tahun, diadakan ujian internasional untuk kenaikan tingkat. Pengujinya diutus khusus dari RAD, untuk menguji dan menilai kelayakan kami untuk naik kelas. Ijazah kami diakui secara internasional. Ballet itu tidak mudah, butuh waktu belajar bertahun-tahun supaya dapat menguasai teknik yang benar. Dengan begitu baru kita bisa mempersembahkan tarian yang indah. Kadang sampai rasanya mau menangis darah kalau menjelang ujian. Kita harus berlatih sedikitnya lima jam sehari, selama berminggu-minggu. Kaki keseleo, pinggang ‘kecetit’, memar sana sini, melepuh, kapalan, sudah bukan hal luar biasa buat kita. Kadang sampai terbawa ke dalam mimpi … ‘pirroute’ (gerakan berputar dengan satu kaki) tiga puluh dua kali ala Odette di Swan Lake hahaha …

Sayang setelah lulus SMU dan pindah kuliah di Jakarta, kegiatan menyenangkan itu terhenti. Begitu masuk kedokteran, waktuku sudah habis dengan kegiatan kuliah, ujian, praktik. Sekarang sudah giliran aku yang harus mengantar anakku menari dan menikmati pertunjukan-pertunjukannya, ‘tombo kangen’. Untungnya anak semata wayangku menyenangi semua jenis kegiatan yang berhubungan dengan seni juga, jadi klop deh. Kita tinggal memfasilitasinya. Yah, siapa tahu dia besok mau menjadi penari profesional, meneruskan cita-cita terpendam Mamanya hahaha … kenapa tidak ?

Batam, 8 Agustus 2009, 14.39

Menjelang Kematian


http://rainbowcathedral.files.wordpress.com/2007/01/rainbow-candle-light.jpg


Jam menunjukkan pukul 05.30 pagi, saat telepon di kamarku berdering kencang. Cepat kuangkat, takut membangunkan suami dan anakku. "Dok, cepat ke ICCU, pasiennya henti jantung tiba-tiba!" Duh ... semalam saat kutinggal, masalahnya sudah teratasi kok? "RJP (Resusitasi Jantung Paru = kegiatan memberi nafas buatan dan membantu memompa jantung) dulu deh, aku segera ke sana."

Pasien itu masuk RS dengan kondisi paru-paru terendam cairan, karena jantungnya gagal memompa darah ke seluruh tubuh ... 'capek kali ye' hehe ... Si Bapak sudah dirawat dan stabil di ruang intensif selama dua hari, lalu dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi sore harinya, tiba-tiba henti jantung, nafas satu-satu setelah batuk, dan dikembalikan kembali ke ruang intensif. Tekanan darahnya sudah bermasalah dari sejak aku operan jaga dengan dokter jaga bangsal sebelumnya. Cenderung di bawah normal terus, bahkan sempat tak terukur. Beberapa macam obat sudah dimasukkan. Keadaan stabil sampai tadi pagi saat sedang dimandikan, tiba-tiba rekaman irama jantungnya 'flat' kembali.

Setengah berlari aku menuju ruang intensif. Di sana kulihat perawat-perawatku sedang memompa nafas dan jantung pasien. Kupasang sarung tangan dan segera ikut serta di dalamnya. Kuberikan beberapa instruksi untuk memasukkan obat ... wah respon tetap nggak ada. "Ayo toh, Pak, jangan 'pergi' dulu," kataku dalam hati sambil terus berdoa. Kuminta salah seorang perawat untuk memanggil keluarganya.

Sambil tetap melanjutkan RJP, aku menerangkan keadaan pasien ke keluarganya. Tangis histeris segera memecah suasana. Kami berusaha menenangkan mereka, meminta mereka keluar ruangan, menunggu kami melanjutkan resusitasi sambil berdoa. Kami terus melanjutkan usaha menghidupkan kembali Si Bapak selama setengah jam, tapi respon tetap tidak ada. Akhirnya kunyatakan meninggal jam 06.05 di hadapan perawat dan keluarganya. Duuuhhh ... nambah lagi deh bintangku pagi ini.

Isterinya dengan setengah menangis bercerita, bahwa Sang Suami sudah bilang kemarin kalau akan pergi subuh ini. Kenapa ya kebanyakan orang kalau mau meninggal, selalu memberi 'tanda'? Biasanya keadaan pasien yang tadinya sudah sangat 'buruk', justru akan membaik menjelang kematian. Ada yang mengigau, meminta-minta maaf, memanggil-manggil nama sanak keluarganya satu persatu. Kadang ada yang ketakutan, berhalusinasi melihat banyak bayangan orang di sekitarnya, terbang-terbang. Saking takutnya, sampai sesekali berteriak dalam keadaan antara sadar dan tidak. Entahlah, mungkin dia sedang melihat malaikat pencabut nyawa ya? Siapa tahu?

Kematian sebenarnya bukan hal yang perlu ditakutkan, selama kita menjalani hidup ini dengan baik dan selalu berusaha berbuat kebaikan, buat bekal saat menemui Sang Pencipta kelak. Kenapa harus takut, kalau suatu saat semua orang pasti mengalaminya, tidak terhindarkan. Umur orang nggak ada yang tahu ... Semua hanya proses, lahir, tua, sakit, dan mati, tidak ada sesuatu yang kekal. Tidak ada yang muda selamanya, indah selamanya. Pasti sakit buat yang ditinggalkan, tapi 'life must go on', mau nangis darah pun, tidak akan membuat yang meninggal kembali kan? Ke mana kita setelah mati? Ehhmmm tetap misterius ... mungkin seperti api lilin yang hilang tertiup angin ... siapa tahu ...

Batam, 6 September 2009, 16.17

Ssshhh ...


http://th02.deviantart.net/fs5/150/i/2005/003/7/d/Ssshhh_by_emptyjar.jpg


Ssshhh ... tutup mulutmu, aku hanya ingin memelukmu

Ssshhh ... jangan buka matamu, aku hanya ingin mendengar detak jantungmu

Ssshhh ... biar kurasakan belai lembut nafasmu di telingaku

Ssshhh ... kuingin rasakan kehangatanmu menyertaiku sampai pagi

Ssshhh ... aku sayang padamu, selalu


... Batam, dini hari 06.09.09, sambil dengerin 'Silence Speak' ...

Pelajaran Dari Sebuah Biola


http://images-3.redbubble.net/img/art/border:blackwithdetail/product:laminated-print/size:small/view:preview/1792787-2-red-violin.jpg

Aku lagi senang-senangnya belajar biola. Penasaran mainin jari-jari sampai ketemu 'feeling' nada yang pas. 'Boro-boro' mau ngepasin 'soul'nya hahaha ... nadanya aja masih meraba-raba. Semua serba baru buatku. Aku buta not, nggak punya dasar musik sama sekali. Nggak semudah kelihatannya lho! Bukan asal pencet dan gesek-gesek. Bisa merusak gendang telinga ntar.

Ujung-ujung jari mulai sakit, kata yang udah latihan lebih lama, lama-lama melepuh, menebal 'kapalan'. Jadi ingat waktu pertama kali belajar jinjit di ujung jari kaki pakai 'point shoes' (sepatu khusus di ballet) ... kasusnya sama tuh. Jari-jari kaki melepuh semua, mati rasa pas baru buka sepatunya. Tapi setelah kapalan, udah tahan banting deh. Mau buat loncat, buat muter, buat lari ... 'wuoke' aja. Belum lagi yang namanya bahu dan lengan kiri, wah kram semua, karena nggak terbiasa dengan posisi yang baru. Sampai harus ditambahkan bantalan khusus di bawah biola, supaya bagian atas tulang selangka nggak sakit.

Tiap kali mau main, dawainya harus di-stel, disesuaikan sama nada yang benar. Kalau terlalu kencang nadanya makin tinggi, senarnya bisa putus. Gitu juga sebaliknya kalau kekendoran, nadanya makin rendah, nggak enak banget didengar, nggak bisa digesek juga. Jadi semuanya harus serba pas, baru keluar lagu yang merdu.

Pelajaran yang kudapat dari biolaku ...
1. Tidak ada sesuatu yang mudah dicapai tanpa diperjuangkan terlebih dahulu. Semua ada prosesnya, butuh semangat, ketekunan, keteguhan hati, dan waktu. Nggak ada ceritanya 'sim salabim', langsung bisa.
2. Seperti dawai biola, nyetelnya harus pas. Kalau terlalu kencang bisa putus, kalau terlalu kendor juga nggak bisa dimainkan ... 'jalan tengah', dalam hidup ini nggak boleh terlalu ekstrim di satu sisi. Semua harus seimbang. Baru kehidupan ini dapat berjalan secara harmonis, seperti nada-nada indah yang keluar dari biola.

Waktunya melanjutkan latihan, semoga tetangga sebelah nggak ngamuk dan panggil 'security' buat gedor kamarku hahaha ... Tunggu tanggal mainnya ya, ntar kalau sudah pintar, aku mainin lagu indah untuk kalian. Bisa buat ngamen nih di lobby RS hahaha ...

Batam, 4 September 2009, 18.11

Awal Kerja di Rumah Sakit



Waktu pertama bekerja di RS, wah ... minggu-minggu awal aku seperti cacing kepanasan. Mendengar bunyi ambulans deg-degan, melihat pintu UGD terbuka deg-degan,melihat pasien 'megap-megap' seperti ikan tanpa air deg-degan. Pokoknya kalau itu berlangsung terlalu sering, pasti lama-lama aku yang jadi pasien, bukan dokternya hahaha.

Sebelum pindah dan bekerja di Batam, aku tidak pernah bekerja di RS. Di Semarang, sambil menunggu suami menyelesaikan program spesialisasi rehabilitasi medik di Undip, aku menyelesaikan wajib kerja pasca lulus dokter umum di balai pengobatan sosial milik sebuah Gereja. Kasus yang kami tangani, tentu saja nggak ada yang gawat-gawat amat. Paling batuk, pilek, diare, muntah, demam. Yah kasus-kasus klinik biasa. Kalau ada yang gawat sedikit, kita motivasi untuk langsung dibawa ke RS terdekat, mengingat fasilitas kami juga seadanya. Tempat kerjaku yang satu lagi di Yayasan Pembinaan Anak Cacat. Di sana tugasku melakukan pemeriksaan awal pasien dengan kelainan tumbuh kembang, menentukan terapi rehabilitasi medik yang mereka butuhkan, mulai dari terapi fisik, wicara, konsentrasi, psikologi, dll. Kalau perlu juga dikonsulkan ke spesialis tertentu sesuai kebutuhan si pasien.

Beda banget deh dengan yang kutemui di Batam. Alhasil, ke mana-mana, aku membawa buku tebal Kapita Selekta Kedokteran. Sebenarnya bukannya sama sekali nggak ngerti apa-apa lho. Untuk mendapat gelar dokter, kami sudah tentu harus menjalani berbagai ujian dan praktek yang tidak singkat. Tapi mungkin karena terlalu lama berkecimpung di dunia kedokteran yang 'tidak gawat darurat', ditambah dengan otakku yang sudah mulai 'lemot' karena kelamaan nggak di'update', jadinya ingatan ini harus disegarkan kembali, sekaligus buat menenangkan hati yang dag dig dug hehe... Gimana nggak, kalau sekarang ada pasien gawat, aku kan nggak mungkin memotivasinya untuk ke RS lain, berhubung RS-ku RS rujukan.

Setelah sekian minggu berjalan, baru aku terbiasa dengan ritme kerja dan kasus-kasus di sini. Sekarang kalau ada pasien gawat, aku bisa dengan (baca 'sok') tenang menghadapinya. Walau dalam hati tetap 'ketar-ketir', sambil berpikir keras apa masalah pasien dan apa yang mau dilakukan, 'body language' dan cara bicara tetap bisa terkontrol dengan baik. Menghadapi pasien dan keluarga yang sedang panik, kita harus tenang, yakin, dan tegas.

Untungnya di RS baruku, banyak sarana-sarana untuk membuat kita jadi terus terpacu untuk belajar. Mulai ajang 'morning report' setiap pagi, kecuali hari libur, pelatihan-pelatihan baik di dalam dan luar RS, 'dipaksa' ngomong di radio dan koran dalam rubrik kesehatan, internet RS yang bisa digunakan kapan saja (kalau nggak lagi 'ngadat') untuk mencari data ... dan meng'update' status fesbuk tentunya hahaha ... yang penting kerjaan tetap tidak terbengkalai dan selesai tepat waktu kan?

Itu semua merupakan proses, tergantung bagaimana kita untuk mengambil kesempatan dan memanfaatkannya demi profesionalitas kerja kita. Karena semakin profesional kita, kepercayaan tentu akan datang mengikuti, karir dan penghasilan pun akan semakin baik. Penghasilan dan kedudukan semakin tinggi, semakin banyak pula hal-hal baik dan bermanfaat yang dapat kita lakukan untuk makhluk hidup di sekitar kita.

Batam, 4 September 2009, 12.18

Imel Ngelindur ... Kangen


http://alllayedout.com/Comments/Comment_Pics/graphics/i_miss_you.gif

Kenapa malam-malam sunyi seperti ini selalu membuatku kangen padamu?
Rasanya sesak, panas terbakar, menghimpit dada ...
Seperti inikah rasanya terkena serangan jantung?
Memang sih nggak dibarengi keringat dingin
Apa perlu direkam irama jantung dan cek Trop T?
Berdebar-debar padahal nggak minum kopi
Denyut nadi jadi terasa tak beraturan, seperti Oma yang kuantar ke Jakarta tadi siang ...
Dokter cintaku, sedang apa gerangan dirimu?
Apa kamu juga memikirkanku, bermimpi tentangku?
Hmmm ... apa yang harus kulakukan?
Tidur aja kali ya, mumpung lagi nggak ada pasien ...
Nyambung beduaan denganmu dalam mimpi indah
Jangan bangunkan aku, kalau nggak penting !!!

Batam, 30 Agustus 2009, 01.27
- lagi jaga malam -

Musim Bayi



Dengan langkah santai aku memasuki ruang bayi baru lahir. Bau wangi minyak kayu putih bercampur dengan bedak langsung menyambut hidungku. Ehmmm aku selalu menyukainya dari dulu. Kusapa perawat-perawat yang sedang sibuk menyiapkan susu seperti biasa.

Wah hari ini ternyata banyak banget bayinya ... 'lautan biru', hampir semuanya cowok !!! Stok ceweknya cuma satu hihi... Pasti sembilan bulan sebelumnya musim menikah nih, coba urutin sendiri deh, sekitar bulan Desemberan bikinnya.

Aku paling suka main ke sana. Mulai hanya untuk memandangi wajah-wajah mungil tanpa dosa itu sampai ikutan bantuin ngasih susu, ngobrol sama perawat-perawatnya yang murah senyum. Asyik banget, apalagi kalau mood sedang jelek. Keluar dari sana, hati jadi hangat.

Sesekali waktu jam besuk atau kalau ada yang baru lahir, ada orang tua dan keluarga bayi yang memandang dari luar 'aquarium' hahaha ... yah itu istilah kami. Habis memang serasa seperti di aquarium, kita jadi ikannya, diliatin orang banyak dari luar.

Asyik lho jadi pengamat berbagai ekspresi di wajah-wajah itu. Ada yang terharu, senyum-senyum sendiri, tunjuk-tunjuk entah bayinya apa bayi tetangga. Apalagi ngeliat Bapak Ibu yang baru pertama punya bayi, dengan takut-takut menggendong malaikat kecilnya. Ada yang nggak habis-habisnya memfoto dari berbagai sudut dan ekspresi. Mau sepreman apa pun muka Bapaknya, kalo sudah gendong bayinya, pasti tatapannya jadi lembut dan penuh sayang.

Banyak yang nanya, "Kenapa sih kok kamu nggak mau bikin anak lagi, buat adik Nanda?" ... eeeehhh ... eehhhh ... bikinnya sih terus hehe ... Lha enakkan mainan bayi orang nih, nggak perlu nungguin 24 jam, kalo bosan, nangis, pup ... bisa ditinggal kabur hahaha ... Yang jelas nggak perlu khawatir kalau si kecil sedang sakit, bisa nggak tidur semalaman orang tuanya nungguin. Jadi satu aja deh cukup, asal kita bener-bener selalu berusaha berperan sebagai orang tua yang baik dan bertanggung jawab.

Batam, 28 Agustus 2009

Suatu Pagi Bersama Psikopat



Aku sedang bersiap-siap untuk memulai tugas pagiku, waktu telepon kamar berdering. "Dok, ada on call ke Hotel 'N' ", suara perawat lawan bicaraku. Asyiiikkk, nggak usah ikutan morning report pagi ini hehe... jalan-jalan dulu. Bergegas aku turun ke UGD. Oh ya, aku belum cerita, aku masih tinggal di RSku tercinta. Kita ada mess dokter di lantai paling atas. Jadi tinggal naik turun lift aja kalau mau kerja.

Di UGD, perawat yang akan menemaniku on call sudah menyiapkan tas resusitasi yang berisi obat dan segala perlengkapan untuk pertolongan darurat pasien. Kutanya pasiennya apa sih ? Semua menjawab hampir senada, "Nggak tau tuh, Dok, yang nelpon orang resepsionis hotel, dia cuma bilang kaki si pasien bengkak, nggak ada keterangan lain." Pikiranku mulai bergerak cepat, memikirkan kemungkinan-kemungkinan kelainan yang diderita pasien.

Diantar ambulans RS, kami tiba tak berapa lama kemudian di hotel. Setelah berbasa-basi sejenak dengan petugas hotel, kami segera diantar menemui tamu hotel yang sakit tersebut.

Yang membukakan pintu, gadis cantik, pakai celana pendek, tapi raut mukanya kusut, ga tau abis ngapain hehe... Si Mr.X (sebut aja begitu) sedang asyik menghadapi nasi goreng istimewa pakai telor mata sapi, sarapan paginya. Dia menatap kami sekilas dan dengan angkuh dan ketus berkata, " Sebentar, saya lagi makan, dokter tunggu aja."

Waduuuhhhh, sopan amat nih pasien batinku. Aku mengeluarkan lembar identitas pasien. Kutatap gadis cantik teman sekamar Mr.X tadi, " Sambil nunggu Bapak menyelesaikan sarapannya, ini tolong diisi ya, Mbak." Si Mbak bengong-bengong melihat balik ke Mr.X. Si angkuh ini dengan nada tinggi bilang,"Saya nggak mau ngisi-ngisi beginian, kan saya nggak mau diopname, cuma mau berobat. Ntar langsung kasih aja kwitansinya, saya langsung bayar." Aku masih dengan nada cukup sabar, penuh pengertian (cieeee ...), sekaligus tegas menjelaskan bahwa ini memang sudah prosedur RS kami. Semua pasien yang kami tangani, selalu ada file kesehatannya mulai awal dia berobat di rekam medis. Jadi dia tetap harus mengisinya, suka atau tidak.

Mr. X makin bete, dia memarahi petugas hotel yang mengantar kami, sembur sana sini (tau tuh nasi gorengnya pasti dah nyembur ke mana-mana), protes keras. "Sudah keluar aja !!! Saya nggak jadi berobat!!!"

Dueeennnggg ... tanpa ba bi bu lagi, aku segera angkat kaki dari situ tanpa berpamitan. Huaaaahhhhhhh ... baru pertama kali ini aku diusir sama pasien psikopat (biasanya aku yang 'ngusir' haha ...), benar-benar pengalaman yang tak terlupakan!

Si Mas petugas hotel sampai minta-minta maaf pada kami, atas ketaksopanan tamu hotelnya. Kubilang (sekali lagi dengan wajah penuh pengertian hahaha ...), "Nggak papa kok, Mas, mungkin aja si Bapak memang ada gangguan kepribadian, tuh kan salah satu penyakit jiwa juga. Harusnya dia berobat ke psikiater." Dia manggut-manggut, terus cerita, ternyata sebelumnya mereka sudah memanggil dokter lain juga ke sana. Tapi begitu tahu yang manggil si Mr.X, dokternya langsung bilang nggak sanggup, minta dokter yang lain aja datang. Mr. X ternyata memang sudah terkenal preman dan sikapnya sama orang-orang di sekitarnya selalu meledak-ledak seperti petasan. Oalaahhh si Mbak cantik tadi kok mau-maunya ya ngedampingin psikopat error gitu.

Tapi aku masih bersyukur, masih dilindungi Tuhan. Coba kalau jadi kuperiksa, dan dengan tanya jawab buat menggali kelainan pasien yang pasti minim banget karena sikapnya itu, aku kasih obat. Terus dia kenapa-kenapa ? Wah heboh ntar, dunia persilatan, namaku bisa masuk koran di rubrik kriminal hahaha... Soalnya bengkak kedua kaki kan salah satu kemungkinan penyebabnya karena gagal jantung, yang notabene bisa 'dut' sewaktu-waktu. Cocok pula dengan postur tubuh yang gemuk dan emosinya yang labil itu.

Memang benar-benar pagi yang heboh hahaha ...

Batam, 27 Agustus 2009, 16:11

The Poem of My Heart



Saat keheningan dalam gelapnya malam menyergap,

Saat hanya nada-nada tanpa kata yang menemaniku,

Saat itu perasaan hangat itu mengalir,

Rasa rindu itu datang tanpa diundang,

Seolah jarak itu hilang dan waktu pun berhenti sejenak,

Kupeluk bayangmu dalam hatiku,

I love you, Ko ...

Meski kau tak sedang di sisiku ...


... dini hari 17 Agustus 2009 ...

My First Violin Lesson



Sambil dag dig dug aku naik ke lantai atas. Sayup-sayup terdengar berbagai suara alat musik dari kamar-kamar kecil itu. Tengok jam lagi ... heehhh masih 1 menit lagi ... tarik nafas panjang dulu ... Klik suara pintu terbuka sedikit mengagetkanku. Aku masuk ke dalam kamar tadi, disambut senyum ramah seorang gadis cantik di sana. Untung orangnya nggak serem, sedikit membesarkan hatiku. Kami saling berkenalan, mulai hari ini dia akan menjadi guru violinku.

Dimulai dengan menyetel senar2 violinku. Dilanjutkan dengan posisi violin yang bener di antara dagu dan tulang selangka ... cara pegang bow yang bener. Dia mengenalkan kunci nada di violin ada empat, E,A,D,G. Ehm... sampai sini masih lancar, sippp.

'OK, sekarang kita coba mulai dengan 2 ketukan ya', katanya, dia mengotak-atik sebentar keyboardnya. Kami mulai menggerakkan bow bersama ... Nah kok ? Nah lho ??? Kok punya dia keluar nadanya keren, lha punyaku ... wkwkwk ... bikin sakit telinga hahaha... jebuleee posisi tangannya salah ... capek deh ...

Ga papa, namanya juga belajar perdana, tapi ini sudah sangat menyenangkan bagiku. Setengah jam rasanya cepeeetttt banget. 'Mbok ya ditambah toh, Mbak hehe...'

Ya deh, ntar aku latihan di rumah. Ciyuuu on next week ! Wah kayaknya mesti ke helipad nih, biar nggak digedor tetangga hahaha ... Ntar kalo dah isa maennya baru main di kamar ... tau diri dulu deh !

Batam, 6 Agustus 2009, 20:40

08 September 2009

Kalo Lagi Bete


http://media.photobucket.com/image/angry%20face%20girl/abac314/angry-young-girl-cute-face-kids.jpg

Ini cerita kalo aku lagi bete ...

Dunia Imel yang selalu seimbang, penuh cinta, dan fairy tail hilang sudah... kacau balau jadinya.
Berubah jadi makhluk lain yang serem, yang pasti bikin orang di sekitar juga pada bete ngeliatnya. Penuh dengan keluhan2 negatif, nggak bisa disentuh, pokoknya bikin orang males deket2 deh (gitu juga sebaliknya). Dan itu sedang terjadi saat ini.... butuh seseorang dengan telinga yang tebaaal dan kesabaran luar biasa buat dengerin curhatku.

Segala cara sudah dicoba, mulai ngomel, apa aja yang bisa jadi sasaran ngomel. Kerjaan yang asal2an, waktu yang ga tepat, keributan di sekeliling, i-net RS yang mati tiap weekend ... pokoke sembarang kalir. Pijet wahhh... sebulan ini dah tiap minggu dilakukan, ga ngefek juga. Bobok seharian ... sedikit membantu. Faktor hormonal kali ya ? Bisa jadi ... *sigh* jadwal haid yang nggak beres sampe mulesnya ... duhhh. Sampe kepikiran mau bikin tatoo ...hahaha... Emang kalo lagi bete, sifat pemberontakku (baca *evil* selalu lebih dominan). Ga ada lagi deh Imel yang manis dan penuh cinta...

Kalo udah gini kangeeeennn banget yang namanya ortu. Kangen sama ngobrolnya, kangen sama masakannya, kangen sama suasana rumah. Pengen nangis tapi air mata nggak keluar. Pengen ketawa wong perut lagi mules, apanya yang mau diketawain ??? Mungkin kalo suasana hati nggak lagi bete, malah ketawa sendiri kali ngeliatin sikapku ini. Kok bisa ya hehe... Just want to go home, lepas dari semua rutinitas yang sudah sampai ke titik jenuh di ubun2. Tapi nggak bisa ... duhhh rasanya mau pergi ngilang ditelan bumi tapi tangan dan kaki terikat di satu sisi, sama kerjaan, sama waktu yang nggak pas. Susahnya nyari jadwal ngeluyur yang tepat sama anak bojo. Buat keluar ke tempat yang deket aja, mesti janjian dulu, boro2 mau keluar kota yang lamaaa.

So mendingan menarik diri dulu, nggak ketemu sama orang2 di luar, sesedikit mungkin kontak dengan dunia luar, daripada memancing keributan. Ga semua orang mau bersabar ngedengerin ocehan dan tingkahku kalo lagi ‘sinting’. Nulis aja deh ... yang jelas nggak ada orang yang kurugikan dengan curhat di tulisan.

Sedikit lega abis nulis panjang lebar, luas dan dalam ... sekarang waktunya keliling bangsal sore ... apapun perasaan dan emosi saat ini, keep smiling, Mel, kerja harus tetap profesional, nggak boleh asal2an !!!

Batam, 31 Mei 2009, 18.04

Awan ...


http://farm3.static.flickr.com/2343/2113450430_24c3dec870.jpg?v=0


Pernah nggak seh ngamatin awan di langit ? Perhatiin bentuknya yang kayak kapas, kadang kayak bunny, bentar lagi ada yang kayak muka orang, bentar lagi berubah bentuk jadi yang lain lagi, dst dst .

Lembuuuuut banget, melayang perlahan ditiup angin, dengan latar belakang langit biru ?

Wah rasanya jadi ikutan relax lho, ringan, melayang. Apalagi kalo abis jaga malem kayak aku hari ini... yang udah setengah fly tanpa obat tidur sekali pun ... diiringi semilir angin ... sambil dengerin musik lembut ... baring2 santai di atas ranjang gede empuk, banyak bantal guling, dingin, pake selimut tebel. Wah klop banget deh buat ngisi hari off.

Oh ya ada yang kurang satu lagi ... pijeeeetttttt wuikkkk ...

Ada yang pengen ikutan???

Batam, 10 Februari 2009, 09.49

Pulang ke Malang

Aku akhirnya pulang sendiri ke Malang. Tidak berhasil membujuk suami dan anakku untuk ikut serta ... hikksss. So excite semalaman karena mau pulang sekaligus sedih karena harus pisah sama Nanda beberapa hari ... akibatnya semalaman nggak bisa bobo deh.

Diantar Nanda dan Dad, aku ke Hang Nadim setelah sempet Morning Report dan jaga bangsal sampe jam 12. Aku naik Mandala jam 13.20, check in jam 12an, cipika cipiki dan peluk erat Nanda yang seakan nggak mau dilepas. Setelah itu mereka langsung pulang karena Dad sudah ditunggu pasien.

Aku masuk sendiri ke ruang tunggu. Dari jauh kulihat ruangan sudah penuh sesak, sepertinya berbarengan dengan banyak jemaah haji yang baru pulang dari ibadah. Aku berjalan santai mencari tempat duduk yang nggak padat, sumbat kuping dengan earphone, dan mulai mengamati keadaan sekitar. Ah lumayan, ada pemandangan seger di samping depan, cowok cakep lagi dengerin lagu dg earphonenya juga.

Puanas banget ruangan hari itu, lengkap sama bau minyak angin nyong2, batuk2 orang di belakangku ... yang jangan2 TBC hehe... ngelihat dari postur tubuh dan usia yang sangat mendukung (booster deh!). Bukan siang yang menyenangkan. Bapak2 di seberangku sepanjang waktu mencabuti jenggotnya yang udah mulus (menurutku), sebelahnya ada gadis kecil yang berebut snack sambil menangis teriak2 dengan abangnya. Orang2 sibuk sendiri, ada yang ngobrol dengan tetangga samping, telpon sambil bisik2 (sama TTM kali ya ?), ngelamun, ngantuk2 (sama denganku karena kurang tidur semalam). Pokoknya lengkap dah.

Penderitaan belum berakhir ... saat pesawatku ternyata delay setengah jam lebih, dan tiba2 muncul bau jempol??? Gaswat tenan hihi... Hidungku langsung mencari sumber bau2an tadi, alamak jan ... ternyata cowok cakep tadi baru membuka sepatunya dan mengelus2 kakinya yang terbungkus kaus kaki bau ... huek2 deh... Baunya campur aduk sama minyak angin nyong2 di belakangku, ngalahin parfumku haha... Bener2 puyeng jadinya. Untung dia nggak ngajak kenalan sesudahnya, dan moga2 nggak ada cewek cantik lain yang jadi korban tangan kaus kakinya ... hopefully!

Untung nggak berapa lama kemudian kita dipanggil masuk pesawat. Fiuhhh... akhirnya. Akupun bergegas masuk dan melanjutkan tidurku di dalam pesawat ...

Batam, 20 Desember 2008, 12:51